medcom.id, Jakarta: Sebuah penelitian menemukan bahwa kulit turut berpengaruh dalam menularan trypanosoma, yaitu parasit penyebab penyakit tidur di Afrika yang masih belum ditemukan obatnya.
Penemuan tersebut memberikan dampak besar terhadap diagnosis, perawatan, dan pemberantasan penyakit tersebut.
Penyakit tersebut membunuh ribuan warga Afrika di pinggiran Sahara setiap tahun, ditularkan melalui gigitan lalat tsetse terinfeksi yang menghisap darah.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Life menunjukkan, bahwa kuantitas subtansial dari trypasnosoma penyebab penyakit tersebut dapat hidup di kulit, dan bisa ditularkan kembali pada lalat tsetse.
"Hasil penelitian kami memiliki implikasi penting berkaitan dengan pemberantasan penyakit tidur. Pertama, temuan kami menunjukkan bahwa metode diagnostik saat ini, yang mengandalkan mengamati parasit dalam darah harus dievaluasi kembali dan harus mencakup pemeriksaan kulit untuk parasit," kata pemimpin peneliti Annette MacLeod dari University of Glasgow di Inggris.
Ia menambahkan, dalam hal pengobatan, kemungkinan diperlukan pengembangan terapi baru yang mampu menargetkan sumber infeksi di luar sirkulasi darah dan bawah kulit.
Para peneliti dari Wellcome Trust Centre for Molecular Parasitology dari University of Glasgow dan Institut Pasteur di Paris juga meneliti adanya parasit pada biopsi kulit manusia dari individu yang tidak menunjukkan gejala tersebut.
Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa parasit kulit yang tertinggal dalam jumlah banyak bisa dicerna, ditransmisikan, dan menyebarkan penyakit lanjutan.
Penemuan tersebut memberikan dampak besar terhadap diagnosis, perawatan, dan pemberantasan penyakit tersebut.
Penyakit tersebut membunuh ribuan warga Afrika di pinggiran Sahara setiap tahun, ditularkan melalui gigitan lalat tsetse terinfeksi yang menghisap darah.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Life menunjukkan, bahwa kuantitas subtansial dari trypasnosoma penyebab penyakit tersebut dapat hidup di kulit, dan bisa ditularkan kembali pada lalat tsetse.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Hasil penelitian kami memiliki implikasi penting berkaitan dengan pemberantasan penyakit tidur. Pertama, temuan kami menunjukkan bahwa metode diagnostik saat ini, yang mengandalkan mengamati parasit dalam darah harus dievaluasi kembali dan harus mencakup pemeriksaan kulit untuk parasit," kata pemimpin peneliti Annette MacLeod dari University of Glasgow di Inggris.
Ia menambahkan, dalam hal pengobatan, kemungkinan diperlukan pengembangan terapi baru yang mampu menargetkan sumber infeksi di luar sirkulasi darah dan bawah kulit.
Para peneliti dari Wellcome Trust Centre for Molecular Parasitology dari University of Glasgow dan Institut Pasteur di Paris juga meneliti adanya parasit pada biopsi kulit manusia dari individu yang tidak menunjukkan gejala tersebut.
Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa parasit kulit yang tertinggal dalam jumlah banyak bisa dicerna, ditransmisikan, dan menyebarkan penyakit lanjutan.
Waspadai Penuaan Dini pada Kulit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)
