"Depresi lebih mudah terjadi pada wanita. Karena, setiap ada masalah itu selalu dipikirkan," ujar Dr. dr. Richard Budiman, Sp.KJ(K) selaku Direktur Utama RSJ Dharmawangsa di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat, 22 November 2019.
Sifat emosional yang mudah terpancing oleh wanita berasal dari hormon mereka. Maka demikian, wanita rentan berkutat pada perasaan ketika ada problem atau masalah dalam hidupnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia menjelaskan, pada zaman dahulu banyak wanita yang aktivitasnya berada di rumah. Hal ini berisiko menimbulkan depresi karena perempuan akan terus memikirkan beragam masalahnya.
"Tapi kalau sekarang sudah banyak wanita yang memiliki aktivitas di luar rumah, dengan bekerja, komunitas, tau aktivitas lainnya. Wanita jadi bisa cerita ke teman ketika ada masalah," paparnya.
Dr. Richard menekankan, perempuan yang menjalankan aktivitas di luar rumah berpengaruh pada penanganan depresi. Contohnya, bercerita atau curhat ke teman sepermainan atau rekan kerja.
Sekedar berinteraksi dengan orang lain atau pada lingkungan sekitar juga bisa memengaruhi emosi dan pikiran terhadap masalah yang tengah dihadapi. Depresi pun bisa berkurang atau teratasi.
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Dr. dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS, sependapat. Pandangannya, perempuan dominan mengenakan otak kanan dibandingkan logika atau otak kiri.
"Perempuan lebih banyak pakai otak kanan, momorinya jangka panjang dan sangat terkait dengan emosional atau baperan. Semua orang harusnya punya kemampuan mengatasi emosinya. Tapi sayangnya tiap orang berbeda," tutur Dr. Diah.
Namun, selain pada wanita, depresi juga bisa terjadi pada laki-laki, semua usia, serta kalangan mana pun. Bahkan, bisa terjadi pada anak-anak yang masih menjalani pendidikan, karena merasa tertekan hingga stres ketika menjalani tugas atau ujian sekolah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)