Dilansir dari laman ScienceAlert, penelitian ini mungkin menjelaskan mengapa psilosibin menunjukkan hasil positif dalam uji klinis terhadap penderita depresi.
Seorang insinyur biomedis dari Cornell University, Alex Kwan, menyatakan ruminasi merupakan kebiasaan berpikir berulang dan negatif sehingga menjadi bagian utama dari depresi. Hal tersebut menyebabkan penderitanya sulit fokus dan terus-menerus berpikir negatif.
"Temuan kami konsisten dengan pemahaman bahwa psilosibin bisa mengubah jaringan otak untuk memutus atau setidaknya melemahkan siklus depresi tersebut," ujar Kwan dikutip Rabu, 17 Desember 2025.
Banyak orang mengatakan pengobatan yang ada saat ini terkadang tidak efektif atau memiliki efek samping yang mengganggu. Karena itu, penelitian alternatif seperti psilosibin terus dilakukan.
Apa itu psilosibin?
Psilosibin adalah zat yang menyebabkan halusinasi, berasal dari jamur ajaib. Zat ini sedang diteliti karena memiliki sifat anti-inflamasi dan potensi sebagai anti-depresan.Pada tahun 2021, laboratorium Kwan menemukan psilosibin dapat mengubah jaringan otak dan perubahan tersebut terjadi secara berkelanjutan. Namun, beberapa neuron meningkat sementara yang lain berkurang, masih menjadi misteri.
Penelitian terbaru yang dipimpin oleh ilmu biomedis Quan Jiang meneliti perubahan pada jaringan otak dan cara kerja virus rabies. Virus ini direkayasa khusus untuk memantau perubahan di otak.
Secara alami, virus rabies menyebar melalui neuron dan melewati sinapsis. Kwan menjelaskan virus ini digunakan untuk memahami hubungan jaringan di otak.
Virus ini bekerja dengan meninggalkan jejak protein yang berpendar di otak tikus. Tikus diberi satu dosis psilosibin atau plasebo. Satu minggu kemudian para peneliti membandingkan jejak virus tersebut.
Hasil pemindaian menunjukkan area otak yang berkaitan dengan pemrosesan sensorik menjadi lebih terhubung dengan bagian yang mengambil tindakan. Lebih lanjut, koneksi di dalam korteks, tempat terjadinya lingkaran pikiran negatif, berkurang.
Jiang dan timnya juga menemukan aktivitas otak tampaknya mengalami penataan ulang akibat psilosibin, dan membuka kemungkinan penggunaan metode seperti stimulasi magnetik untuk memodulasi aktivitas saraf tertentu.
Namun, hasil ini bisa menjelaskan beberapa temuan dalam penelitian manusia dan salah satu ide menarik tentang cara kerja zat psikedelik.
"Studi kami menunjukkan jalan baru untuk penelitian masa depan, yaitu menggabungkan neuromodulasi dengan zat psikedelik agar bisa tepat menargetkan dan mengubah jaringan spesifik," ujar para peneliti. (Talitha Islamey)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News