FITNESS & HEALTH
Bisakah Kekurangan Vitamin D Menyebabkan Depresi? Ini Jawaban Ahli
Aulia Putriningtias
Selasa 23 September 2025 / 19:12
Jakarta: Vitamin D merupakan nutrisi penting untuk tubuh yang biasanya diperoleh dari paparan sinar matahari. Namun, beberapa kabar menyatakan bahwa defisiensi vitamin D bisa berisiko depresi, apakah benar?
Vitamin D mendukung berbagai fungsi tubuh dan penting untuk kesehatan secara keseluruhan. Vitamin ini membantu tubuh menyerap kalsium dan merupakan komponen penting dalam pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
Bersama-sama, kalsium dan vitamin D membantu melindungi tubuh kamu dari osteoporosis. Kondisi ini menyebabkan tulang dapat melemah dan menjadi rapuh, sehingga lebih mudah patah.
Namun, peran vitamin D tidak terbatas pada kesehatan tulang. Vitamin D juga memiliki sifat anti-inflamasi, antioksidan, dan pelindung otak, serta mendukung beberapa fungsi tubuh lainnya. Lantas, bagaimana hubungan pemenuhan vitamin D dengan depresi?
Baca juga: Bukan karena Malas, Ini Realita Terberat Pengidap Depresi
Kekurangan vitamin D umum terjadi, yang kira-kira memengaruhi sekitar 35 persen orang dewasa di Amerika Serikat, dan dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan. Misalnya, kekurangan vitamin D dikaitkan dengan kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, multiple sclerosis , dan penyakit autoimun.
Baru-baru ini, vitamin D muncul sebagai kemungkinan penyebab depresi. Namun, para peneliti belum menentukan secara pasti bahwa kekurangan vitamin D menyebabkan depresi, meskipun keduanya saling terkait. Sebuah studi besar berbasis populasi menemukan hubungan antara status vitamin D dan depresi pada orang dewasa paruh baya.
Hasil studi menunjukkan bahwa defisiensi dan insufisiensi vitamin D dapat membantu mengidentifikasi orang dewasa yang berisiko lebih tinggi mengalami depresi. Defisiensi juga dapat berfungsi sebagai biomarker bagi penderita depresi yang gejalanya menetap, meskipun telah menjalani pengobatan. Artinya, pemantauan kadar defisiensi dapat membantu diagnosis depresi dan memantau perkembangan pengobatan.
Jadi, defisiensi vitamin D tidak sepenuhnya berisiko depresi. Namun, dapat membantu mengidentifikasi orang dewasa yang berisiko lebih tinggi mengalami depresi. Beberapa penelitian kecil menemukan bahwa orang yang mengalami depresi mengalami perbaikan gejala setelah mereka mulai mengonsumsi suplemen vitamin D.
Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D tidak memengaruhi gejala depresi. Misalnya, sebuah studi besar tahun 2020 yang melibatkan lebih dari 18.000 orang dengan depresi menemukan bahwa mengonsumsi 2.000 unit internasional (IU) vitamin D setiap hari selama lima tahun tidak mengubah skor depresi dibandingkan dengan mengonsumsi plasebo.
Kesimpulannya adalah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara gejala depresi dan defisiensi vitamin D. Orang dengan depresi lebih mungkin mengalami defisiensi vitamin D, dan defisiensi vitamin D dapat meningkatkan risiko depresi.
Namun, penelitian belum menunjukkan secara pasti apakah suplementasi vitamin D dapat mengurangi gejala depresi. Jadi, penting untuk dicatat bahwa vitamin D tidak termasuk dalam pedoman pengobatan gangguan suasana hati. Pun, salahnya mengonsumsi suplemen vitamin D sesuai anjuran dokter jika memang membutuhkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Vitamin D mendukung berbagai fungsi tubuh dan penting untuk kesehatan secara keseluruhan. Vitamin ini membantu tubuh menyerap kalsium dan merupakan komponen penting dalam pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
Bersama-sama, kalsium dan vitamin D membantu melindungi tubuh kamu dari osteoporosis. Kondisi ini menyebabkan tulang dapat melemah dan menjadi rapuh, sehingga lebih mudah patah.
Namun, peran vitamin D tidak terbatas pada kesehatan tulang. Vitamin D juga memiliki sifat anti-inflamasi, antioksidan, dan pelindung otak, serta mendukung beberapa fungsi tubuh lainnya. Lantas, bagaimana hubungan pemenuhan vitamin D dengan depresi?
Baca juga: Bukan karena Malas, Ini Realita Terberat Pengidap Depresi
Apakah kekurangan vitamin D menyebabkan depresi?
Kekurangan vitamin D umum terjadi, yang kira-kira memengaruhi sekitar 35 persen orang dewasa di Amerika Serikat, dan dikaitkan dengan beberapa masalah kesehatan. Misalnya, kekurangan vitamin D dikaitkan dengan kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, multiple sclerosis , dan penyakit autoimun.
Baru-baru ini, vitamin D muncul sebagai kemungkinan penyebab depresi. Namun, para peneliti belum menentukan secara pasti bahwa kekurangan vitamin D menyebabkan depresi, meskipun keduanya saling terkait. Sebuah studi besar berbasis populasi menemukan hubungan antara status vitamin D dan depresi pada orang dewasa paruh baya.
Hasil studi menunjukkan bahwa defisiensi dan insufisiensi vitamin D dapat membantu mengidentifikasi orang dewasa yang berisiko lebih tinggi mengalami depresi. Defisiensi juga dapat berfungsi sebagai biomarker bagi penderita depresi yang gejalanya menetap, meskipun telah menjalani pengobatan. Artinya, pemantauan kadar defisiensi dapat membantu diagnosis depresi dan memantau perkembangan pengobatan.
Bisakah suplemen vitamin D mengobati depresi?
Jadi, defisiensi vitamin D tidak sepenuhnya berisiko depresi. Namun, dapat membantu mengidentifikasi orang dewasa yang berisiko lebih tinggi mengalami depresi. Beberapa penelitian kecil menemukan bahwa orang yang mengalami depresi mengalami perbaikan gejala setelah mereka mulai mengonsumsi suplemen vitamin D.
Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D tidak memengaruhi gejala depresi. Misalnya, sebuah studi besar tahun 2020 yang melibatkan lebih dari 18.000 orang dengan depresi menemukan bahwa mengonsumsi 2.000 unit internasional (IU) vitamin D setiap hari selama lima tahun tidak mengubah skor depresi dibandingkan dengan mengonsumsi plasebo.
Kesimpulannya adalah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara gejala depresi dan defisiensi vitamin D. Orang dengan depresi lebih mungkin mengalami defisiensi vitamin D, dan defisiensi vitamin D dapat meningkatkan risiko depresi.
Namun, penelitian belum menunjukkan secara pasti apakah suplementasi vitamin D dapat mengurangi gejala depresi. Jadi, penting untuk dicatat bahwa vitamin D tidak termasuk dalam pedoman pengobatan gangguan suasana hati. Pun, salahnya mengonsumsi suplemen vitamin D sesuai anjuran dokter jika memang membutuhkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)