FITNESS & HEALTH

Ini Faktor yang Sering Diremehkan Orang Tua, tetapi Sangat Berpengaruh pada Risiko Stunting

A. Firdaus
Jumat 21 November 2025 / 11:17
Jakarta: Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak tidak bertambah sesuai usia, saat ini menjadi topik hangat di kalangan orang tua. Banyak yang panik ketika anak mereka tidak tumbuh tinggi seperti teman-temannya.

Menurut dr. Yuni Astria, Sp.A, risiko stunting terbesar sebenarnya dimulai sejak kelahiran bayi. Kondisi seperti IUGR, yang berarti pertumbuhan janin terbatas di dalam rahim ibu atau berat badan lahir rendah sangat meningkatkan kemungkinan anak mengalami stunting di masa depan.

Penyebab yang utama adalah berat badan lahir rendah bisa terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan atau bahkan prematur. Dengan adanya IUGR, risiko anak terkena stunting jadi lebih tinggi.

Selain itu, penyebab kedua adalah infeksi atau penyakit yang sering kambuh. Termasuk di sini penyakit kronis, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa angka infeksi di masyarakat masih tinggi, meski sudah mulai turun.

Sementara itu, angka penyakit non-infeksi, seperti masalah gizi atau kesehatan lainnya, justru mulai naik. Hal ini membuat risiko stunting semakin besar.
Penyebab ketiga adalah asupan gizi yang tidak lengkap, seimbang, dan cukup. Gizi yang buruk selama masa pertumbuhan anak bisa langsung memengaruhi tinggi badannya.

Penyebab keempat melibatkan pola tidur dan aktivitas fisik. Kurang tidur atau kurang gerak bisa menghambat pertumbuhan anak.

Stunting tidak hanya terjadi setelah bayi lahir. Tetapi jauh sebelum itu, ternyata juga sangat berperan terhadap kejadian stunting pada seorang anak.


Talkshow Parenthood Institute 2025. Dok. Secillia/Medcom

"Dimulai bahkan sebelum ibunya itu hamil. Jadi, sangat penting sekali bagi seorang calon ibu yang wanita usia reproduksinya memang usia aktif gitu ya,” ujar dr. Yuni Astria, Sp.A dalam acara dr. Yuni Astria, Sp.A – Dokter Spesialis Anak & Expert di SuperClass di Menara Mandiri 2, Selasa (18/11/25).

Sangat penting bagi calon ibu untuk menjaga asupan gizi yang lengkap, seimbang, dan cukup. Ini termasuk komponen makronutrien seperti protein, lemak, dan karbohidrat, serta mikronutrien seperti mineral dan vitamin.

Mikronutrien ini sangat penting untuk kesehatan tulang dan otak anak. Sebelum hamil, status gizi ibu harus dioptimalkan sebisa mungkin. Jika tidak, risiko masalah kesehatan selama kehamilan akan meningkat.

“Pastikan juga ketika hamil, risiko untuk mengalami anemia defisiensi besinya juga defisiensi vitamin D-nya itu juga harus diminimalkan. Karena beberapa studi menunjukkan, ibu-ibu dengan kondisi sakit pada saat hamil, kondisi asupan nutrisinya tidak adekuat, status gizinya tidak adekuat, risiko perdarahan, risiko penyulit dalam proses kehamilan dan masalahnya juga jadi lebih besar,” tambahnya.

Hal ini juga meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan masalah pertumbuhan pada bayi. Bahkan, untuk jangka panjang, ini bisa berdampak pada kesehatan anak di masa depan.

Tak kalah pentingnya adalah vaksinasi. Ibu harus lengkap divaksinasi sebelum hamil, seperti vaksin tetanus toxoid dan MMR (campak, gondong, rubella).

Vaksin ini harus selesai sebelum kelahiran untuk melindungi bayi dari penyakit rubella kongenital yang bisa menyebabkan berbagai cacat atau disabilitas pada anak yang lahir.

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH