FITNESS & HEALTH

Konsumsi Antidepresan Bisa Buat Gendut, Ini Alasannya

Riza Aslam Khaeron
Jumat 24 Januari 2025 / 14:32
Jakarta: Antidepresan adalah salah satu pengobatan yang umum digunakan untuk menangani depresi.

Namun, salah satu kekhawatiran yang sering muncul di antara pengguna adalah efek samping berupa kenaikan berat badan. Apakah kekhawatiran ini beralasan? Berikut adalah ulasan berdasarkan studi terbaru dan penjelasan para ahli.
 

Studi Tentang Antidepresan dan Berat Badan

Melansir Harvard Health Publishing, sebuah studi yang diterbitkan pada Juli 2024 di Annals of Internal Medicine oleh Joshua Petimar, dkk menganalisis data dari lebih dari 183.000 orang berusia antara 20 hingga 80 tahun.

Studi ini mengevaluasi hubungan antara penggunaan delapan jenis antidepresan dengan perubahan berat badan. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar antidepresan memang dapat menyebabkan kenaikan berat badan, meskipun efeknya bervariasi.

Berikut adalah temuan dari studi tersebut:

1. Sertraline (Zoloft): Menyebabkan kenaikan berat badan rata-rata 0,23 kg setelah 6 bulan dan 1,45 kg setelah 24 bulan.

2. Escitalopram (Lexapro): Kenaikan 0,64 kg dalam 6 bulan dan 1,63 kg dalam 24 bulan.

3. Paroxetine (Paxil): Kenaikan 0,64 kg dalam 6 bulan dan 1,32 kg dalam 24 bulan.

4. Duloxetine (Cymbalta): Kenaikan 0,54 kg dalam 6 bulan dan 0,77 kg dalam 24 bulan.

Antidepresan lainnya, seperti fluoxetine (Prozac) dan venlafaxine (Effexor), menunjukkan efek yang serupa dengan sertraline.

Menariknya, bupropion (Wellbutrin) dikaitkan dengan sedikit penurunan berat badan dalam 6 bulan pertama, tetapi tren ini berbalik dengan kenaikan rata-rata 0,54 kg setelah 24 bulan.
 

Faktor Penyebab Kenaikan Berat Badan

Dr. Roy Perlis, Associate Chief of Psychiatric Research di Massachusetts General Hospital, menjelaskan bahwa kenaikan berat badan pada pengguna antidepresan sering kali tidak hanya disebabkan oleh obat itu sendiri.

"Depresi dapat menyebabkan penurunan berat badan akibat hilangnya nafsu makan. Ketika gejala depresi membaik, nafsu makan kembali normal dan ini bisa memicu kenaikan berat badan," ujarnya seperti dilansir dari Harvard Health Publishing.

Ia juga menambahkan bahwa kenaikan berat badan merupakan salah satu alasan utama mengapa beberapa orang berhenti mengonsumsi antidepresan, meskipun obat tersebut efektif dalam mengatasi depresi.

“Penting bagi pasien untuk mendiskusikan efek samping ini dengan dokter sebelum memutuskan untuk berhenti,” kata Dr. Perlis.
 

Keterbatasan Studi

Meskipun studi ini memberikan wawasan penting, ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan.

Studi ini bersifat observasional, sehingga tidak dapat membuktikan bahwa antidepresan secara langsung menyebabkan kenaikan berat badan.

Selain itu, sekitar sepertiga dari partisipan berhenti mengonsumsi antidepresan yang diresepkan dalam enam bulan pertama, sehingga sulit untuk mengaitkan perubahan berat badan pada periode berikutnya dengan obat tertentu.

Dr. Perlis juga mencatat bahwa faktor lain, seperti gaya hidup dan kondisi kesehatan individu, dapat memengaruhi hasil.

“Studi ini membantu memberikan gambaran rata-rata, tetapi pengalaman setiap orang bisa sangat berbeda,” tambahnya.
 

Alternatif Pengobatan

Bagi kamu yang khawatir dengan efek samping ini, terapi nonfarmakologis seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dapat menjadi alternatif yang efektif.

CBT membantu pasien mengenali pola pikir negatif dan mengubah cara mereka merespons situasi stres.

Terapi ini telah terbukti efektif untuk mengatasi depresi dan gangguan kecemasan tanpa efek samping seperti kenaikan berat badan.
 

Kesimpulan

Kenaikan berat badan memang merupakan efek samping yang umum dari antidepresan, tetapi tidak terjadi pada semua orang.

Penting untuk memahami bahwa manfaat mengatasi depresi sering kali lebih besar daripada risiko efek samping.

Diskusi terbuka dengan dokter tentang kekhawatiran ini dapat membantu menemukan pengobatan yang paling sesuai.

Sebagai catatan, keputusan untuk menggunakan atau menghentikan antidepresan harus selalu dilakukan dengan pengawasan medis. Jangan ragu untuk mencari opini kedua jika merasa kurang yakin dengan saran yang diberikan.

Baca Juga:
8 Kebiasaan Gaya Hidup Ini Bisa Kurangi Kemampuan Kognitif


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(WAN)

MOST SEARCH