"Salah satu cara yang terbukti efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak dengan autisme adalah melalui kegiatan seni," ujar Nuryanti Yamin selaku Ortopedagog dan Co-Founder Drisana Center di teamLab Future Park Jakarta Mall Gandaria City, Jakarta Selatan, Rabu.
Lebih lanjut, Nuryanti menjelaskan, manfaat kegiatan seni pada anak penyandang autisme setidaknya ada tujuh. Pertama, dapat digunakan untuk membantu masalah pemrosesan sensorik. Seperti taktil atau peraba dan visual atau pengelihatan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kedua, meningkatkan keterampilan motorik halus. Ketiga, sosial emosional seperti regulasi diri, memahami kapan harus bertindak atau tidak, dan kapan menuangkan ide.
"Keempat, ekspresi. Anak dengan autisme menuangkan ide atau berekspresi sesuai dengan kesukaannya. Membantu anak dengan autisme menyelesaikan konflik yang tidak dapat diungkapkan secara verbal," paparnya.

Ortopedagog dan Co-Founder Drisana Center, Nuryanti Yamin. (Foto: Krispen/Medcom.id)
Selanjutnya, berpengaruh pada adaptable atau mampu diarahkan, meningkatkan kesadaran diri, dan mengurangi stres. Manfaat lainnya, konsentrasi untuk menuntaskan pekerjaan, berpikir secara simbolis.
Selain itu, menawarkan komunikasi visual. Terakhir, bisa meningkatkan kemampuan untuk mengenali dan merespons ekspresi wajah.
Melatih seni bisa menjadi salah satu tindakan intervensi yang baik dilakukan sejak dini. Sebab, sangat penting dilakukan untuk mendorong perkembangan anak dengan autisme.
"Mayoritas anak dengan autisme memiliki kesulitan komunikasi dan bahasa tingkat parah, sehingga membutuhkan dukungan dan perawatan seumur hidup," imbuhnya.
Sementara itu, gejala ASD (Autism Spectrum Disorder) dapat ditemui pada masa kanak-kanak. Meski demikian, hanya sebagian kecil anak dengan autisme yang dapat hidup mandiri hingga dewasa. Setidaknya ada beberapa indikator pada anak penyandang autisme.
Di antaranya, ekspresi wajah datar, tidak menggunakan bahasa tubuh, jarang memulai komunikasi, tidak meniru aksi atau suara. Kemudian, bicara sedikit atau tidak sama sekali, membeo kata, intonasi bicara aneh, tampak tidak mengerti kata, serta mengerti dan menggunakan kata secara terbatas.
(FIR)