Berbeda dengan kebanyakan vaksin yang diberikan saat anak masih bayi, vaksin yang telah mendapat persetujuan pemasaran di 12 negara ini hanya diperuntukkan bagi anak berusia 9-16 tahun.
Mengapa demikian?
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Pada saat penelitian, sebenarnya vaksin ini diuji coba pada anak usia di atas 2 tahun, akan tetapi hasilnya percobaan yang berlangsung selama 5 tahun ini tidak konsisten. Sebagai contoh pada tahun pertama dan kedua bagus, namun tahun ketiga menurun, dan tahun keempat naik lagi," ujar Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) selaku ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dalam konfrensi pers Vaksin Dengue Pertama di Indonesia, di Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Menurutnya, hal tersebut disebabkan imunitas tubuh pada usia di bawah sembilan tahun belum mampu membentuk antibodi yang dapat melawan virus.
Vaksin dengue ini tidak bersifat melemahkan, melainkan sebagai bentuk rekayasa genetik dari vaksin yellow fever yang masih dalam satu keluarga virus, yaitu flavivirus.
Dengan demikian, virus tersebut disemaikan sehingga menjadi hidup dalam bentuk rekayasa.
Karena barasal dari virus, vaksin dengue memberikan efek samping yang serupa dengan penyakit, namun dalam jumlah yang relatif kecil, berupa efek samping lokal seperti nyeri di tempat suntikan (4,92 persen), kemerahan (8,4 persen), dan bengkak (6,9 persen).
Sementara untuk efek samping sistemik atau sama seperti gejala penyakit adalah demam (16,4 persen), nyeri kepala (54,1 persen), perasaan lemah (40,9 persen), nyeri otot (42,2 persen), dan perasaan lesu (34,2 persen).
"Vaksin ini tidak seganas virus dengue tapi respons imun juga tidak sebagus pada vaksin normal. Oleh karena itu ini tidak bagus buat anak di bawah 9 tahun," tambahnya.
Lalu bagaimana dengan penggunaan di atas 16 tahun?
Pihak Sanofi Indonesia yang menggandeng PT. Anugerah Pharmindo Lestari sebagai distributor dari vaksin tersebut menjelaskan bahwa di beberapa negara vaksin tersebut masih bisa digunakan oleh meerka yang berusia hingga 45 tahun.
"Kami sedang mengusahakan agar ijin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar memperbolehkan vaksin ini digunakan pada usia hingga 45 tahun, seperti di negara-negara lain," ujar Joko Murdianto selaku Kepala Divisi Vaksin Sanofi Indonesia, pada kesempatan yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)