"Menjaga keselamatan pendonor adalah hal penting. Jangan sampai pendonor malah jadi sakit atau kurang darah setelah menyumbang darah," tukas dr. Ria Safitri, M. Biomed selaku Direktur Unit Transfusi Darah (UTDP) PMI dalam seminar kesehatan, Rabu (12/4/2017).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kadar hemoglobin (Hb), yaitu sekurang-kurangnya 12,5 g/dL. Hb adalah protein dalam sel darah merah yang mengandung zat besi dan berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Jika berada di bawah angka tersebut, bisa dibilang kualitas darah rendah sehingga tidak dapat memperbaiki keadaan pasien seperti yang diharapkan.
(Baca juga: 4 Hal yang Harus Anda Ketahui Sebelum Donor Darah)
Setelah pendonoran, akan terjadi penurunan kadar pada Hb dan volume darah dimana keduanya memiliki kurun waktu tak sama.
Volume darah akan pulih setelah 24-48 jam pasca pendonoran, dimana umumnya darah yang diambil sebanyak 350-450 cc atau setara dengan 11 persen total volume darah secara keseluruhan pada mereka yang berbobot 45 kg (bobot minimal donor darah).
Sementara, kadar Hb akan pulih setelah enam minggu pasca donor. Oleh karena itu, jarak donor selanjutnya disarankan sepuluh minggu setelah donor.

Sayangnya, masih ada beberapa pendonor yang engga melakukan pemeriksaan Hb karena alasan tertentu.
"Mereka menolak karena harus ditusuk (disuntik) dua kali, biasanya pemeriksaan Hb di jari, sementara kalau tes lain-lainnya di lengan," jelasnya.
Padahal, menurut dr. Ria, pemeriksaan Hb berguna untuk mengetahui kualitas darah dan tidak melakukannya dapat memberikan kerugian kesehatan tersendiri bagi pendonor.
Selain kadar Hb, syarat mutlak dari donor darah adalah memiliki tekanan darah berkisar 70-90 mmHg/110-170 mmHg dan denyut jantung berkisar antara 60-100 kali/menit secara teratur dan tanpa denyut patologis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
