Lebih dari tiga per empat kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Dan dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3 persen) diantaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3 persen) disebabkan oleh stroke.
Memang benar ada baiknya mencegah lebih baik daripada mengobati sebagai langkah preventif. Dan salah satu yang patut diantisipasi termasuk penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik mengacu kepada keadaan di mana aliran darah yang tertuju ke jantung tidak mengalir dengan volume yang cukup.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pembuluh darah koroner yang fungsinya mengantarkan darah dan menyuplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung menjadi sempit akibat terjadinya arteriosklerosis yang membuat pembuluh darah menjadi keras dan darah tidak dapat mengalir lancar ke otot jantung.
Pada saat seperti itu jantung berada pada kondisi kekurangan oksigen (iskemia) dan kemudian muncul gejala berupa sakit pada dada dan gejala lainnya. Di Indonesia penyakit ini berada pada peringkat ke-3 sebagai penyebab kematian tertinggi setelah stroke dan kanker.
(Baca juga: Obesitas Jangka Panjang Picu Penyakit Jantung di Kemudian Hari)

(Acara Loyalty Gathering "Penyakit Jantung Iskemik. Penyebab, Deteksi Dini dan Treatment" dengan pembicara Dr. Satoru Oshima, Head of Cardiology and ASO Center dari Nagoya Kyoritsu Hospital Jepang. Foto: Dok. Vectorgroup)
Jenis Pemeriksaan Penyakit Jantung
Terdapat jenis pemeriksaan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penyakit jantung yang diduga sedang diderita pasien, tetapi pada pemeriksaan jantung selain dengan metode sederhana seperti pemeriksaan darah dan Elektrokardiogram (EKG) yang umumnya dilakukan adalah pemeriksaan kateter jantung, CT, MRI dan gelombang ultrasonik.
Namun di Kaikoukai Group tepatnya di Nagoya Radiological Diagnosis Foundation di Jepang, selain dengan metode-metode pemeriksaan di atas, terdapat juga pemeriksaan PET Ammonia. PET Ammonia adalah pemeriksaan yang bisa mengetahui dengan cepat tentang kondisi aliran darah dan pergerakan darah ke jantung.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa aliran darah dan gerakan jantung dan mendiagnosis ada atau tidaknya penyakit jantung iskemik (angina pektoris, infark miokardial, dan lainnya) dan bila ada menentukan seberapa parah tingkatannya.
Pemeriksaan ini berguna untuk memberikan saran perencanaan pengobatan pasien atau menentukan perlu atau tidaknya tindakan bagi pasien tersebut.
Kaikoukai Grup dalam hal ini telah mengembangkan treatment medis dan medical care-nya di Indonesia dan Jepang yang menyediakan "Kaikoukai Japan Medical Tourism," suatu alternatif kualitas dengan minimal invasif medical treatment yang salah satu klinik medisnya berada di Sentral Senayan, Jakarta sejak 2014 yang memberikan pelayanan kesehatan untuk warga Indonesia (warga negara lain yang berada di Indonesia) untuk berobat ke Jepang.
.jpeg)
(Kaikoukai Grup dalam hal ini telah mengembangkan treatment medis dan medical care-nya di Indonesia dan Jepang yang menyediakan "Kaikoukai Japan Medical Tourism," Foto: Dok. Vectorgroup)
Pemeriksaan PET Ammonia
Menurut Dr. Satoru Oshima, Head of Cardiology and ASO Center di Nagoya Kyoritsu Hospital Jepang dari Kaikoukai Japan Medical Tourism Center saat ditemui tim Medcom.id menjelaskan bahwa pemeriksaan PET Ammonia punya kelebihan.
"Yang pertama dia bisa melihat aliran darah di dalam pembuluh darah koroner. Jadi pemeriksaan yang khusus untuk melihat aliran darah di dalam pembuluh darah koroner. Jadi ini adalah satu-satunya pemeriksaan untuk melihat aliran darah di dalam pembuluh darah koroner," ucapnya.
"Jadi memang ada pemeriksaan jantung yang lain, tapi dia tidak melihat aliran darah. Dia hanya melihat bentuk, dia hanya melihat posisi, seperti itu. Tapi yang digunakan untuk melihat aliran darah hanya PET Ammonia saja," tambah Dr. Satoru Oshima.
Pemeriksaan PET Ammonia dilakukan dengan menyuntikkan obat khusus (13NH3: Ammonia) yang telah diberikan marking menggunakan radioisotop yang mengeluarkan radiasi. Obat ini mengikuti alirah darah dan pada akhirnya terkumpul di jantung. Kemudian dengan memeriksa kondisi terkumpulnya obat dengan menggunakan alat khusus bernama PET-CT maka dapat diketahui kondisi jantung sesungguhnya.
.jpeg)
("Jadi memang ada pemeriksaan jantung yang lain, tapi dia tidak melihat aliran darah. Dia hanya melihat bentuk, dia hanya melihat posisi, seperti itu. Tapi yang digunakan untuk melihat aliran darah hanya PET Ammonia saja," tambah Dr. Satoru Oshima. Foto: Dok. Vectorgroup)
Treatment yang Minim Invasif
Terhitung sudah ada sekitar 2.500 pasien yang melakukan pemeriksaan PET Ammonia yang dilakukan oleh Dr. Satoru Oshima di Kaikoukai Japan Medical Tourism Center. Pemeriksaan ini cukup dapat membantu sejak awal. "Karena fungsinya adalah untuk mengetahui apakah ada penyakit jantungnya itu pada posisi awal. Sehingga kita bisa melakukan tindakan yang secepatnya," papar dokter yang ramah ini.
Seperti Anda melakukan medical check up pada umumnya, pemeriksaan yang tak lebih dari 2 jam dan langsung bisa terlihat hasilnya ini juga minim invasif jika dibandingkan dengan tindakan kateter, balooning, atau pemasangan stent (cincin).
Walau diakui pihak Kaikoukai Japan Medical Tourism Center yang representatifnya berada di Jakarta ini belum bisa dilakukan di Jakarta, namun pemeriksaan PET Ammonia diyakini lebih terjangkau bagi pasien.
"Dengan biaya kurang lebih Rp25-30 juta untuk satu kali pemeriksaan PET Ammonia dirasa lebih murah serta juga tidak menjadi beban pada pasien karena tidak terasa sakit serta aman," papar Takeshi Kawahara, selaku Cheif Representative Kaikoukai Medical Foundation Indonesia Representative Office di Jakarta.
Dr. Satoru Oshima menyimpulkan ada baiknya mencegah daripada mengobati dan menyarankan bahwa pemeriksaan PET Ammonia merupakan salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan khususnya bagi mereka usia 40 tahun ke atas.
Tak terkecuali bagi mereka yang punya gaya hidup tak sehat seperti berat badan melebihi 10 persen dari berat ideal, waktu tidur kurang dari 6 jam sehari, banyak mengonsumsi alkohol, tidak berolahraga, "Atau pasien yang sudah terkena penyakit jantung," tutup Dr. Satoru Oshima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)