Dilansir dari Webmd.com dijelaskan bahwa, "Histerektomi adalah operasi ginekologis kedua yang paling umum, dan sebagian besar dilakukan karena alasan tumor tulang yang jinak (benign) karena kebanyakan dokter percaya bahwa operasi ini memiliki risiko jangka panjang yang minimal," kata pemimpin peneliti Dr Shannon Laughlin-Tommaso, dari Mayo Clinic di Rochester, Minn.
Laughlin-Tommaso menjelaskan efek samping histerektomi diketahui setelah tim peneliti melacak kesehatan hampir 2.100 wanita yang menjalani histerektomi pada tahun 1980 dan 2002, termasuk kasus ovarium tidak diangkat. Karena sifatnya retrospektif, penelitian ini hanya bisa menunjuk pada asosiasi dan tidak bisa membuktikan sebab dan akibat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tim Mayo melaporkan, ada berbagai efek proses histerektomi terhadap kesehatan, yaitu peningkatan darah abnormal sebanyak 14 persen, risiko tekanan darah tinggi meningkat sekitar 13 persen, potensi mengalami obesitas sebanyak 18 persen dan meningkatkan risiko mengidap penyakit jantung sebesar 33 persen.

(Laughlin-Tommaso menjelaskan efek samping histerektomi diketahui setelah tim peneliti melacak kesehatan hampir 2.100 wanita yang menjalani histerektomi pada tahun 1980 dan 2002. Foto: Pixabay.com)
Selain itu dari laman yang sama disebutkan pula bahwa peneliti juga menyampaikan bahwa masalah kesehatan jangka panjang histerektomi sangat terasa bagi wanita muda.
Studi tersebut menemukan, wanita berusia di bawah 35 tahun yang menjalani proses histerektomi berisiko mengalami gagal jantung kongestif hingga 4,6 kali dan 2,5 kali lipat lebih besar mengidap penyakit arteri koroner tulis dalam laporan berjudul "Hysterectomy May Have Long-Term Health Risks" ini.
(Baca juga: Bengkak Setelah Operasi Plastik, Bahaya atau Tidak?)
"Sementara wanita semakin sadar bahwa mengeluarkan indung telurnya menimbulkan risiko kesehatan, penelitian ini menunjukkan bahwa histerektomi sendiri memiliki risiko, terutama bagi wanita yang menjalani histerektomi sebelum usia 35 tahun," ungkap Laughlin-Tommaso.
Laughlin-Tommaso mengatakan dengan berbagai efek samping tersebut, dia berharap hasil penelitian ini bisa menjadi pertimbangan bagi wanita memilih metode pengobatan yang berkaitan dengan masalah rahim.
"Dengan hasil penelitian ini, kami mendorong orang untuk mempertimbangkan terapi alternatif nonsurgical untuk fibroid, endometriosis, dan prolaps yang menyebabkan penyebab histerektomi," ujar dia.

(Studi menemukan, wanita berusia di bawah 35 tahun yang menjalani proses histerektomi berisiko mengalami gagal jantung kongestif hingga 4,6 kali dan 2,5 kali lipat. Foto: Pixabay.com)
Menanggapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic, Dr Adi Davidov sedikit mengritisi hasil penelitian tersebut. Sebab, studi Mayo hanya menggunakan data retrospektif, jadi tidak dapat dibuktikan bahwa faktor selain histerektomi menyebabkan masalah kesehatan wanita.
"Saya akan mendesak pasien untuk mengambil kesimpulan ini dengan sebutir garam. Penting untuk dicatat bahwa penelitian terbaru ini bukanlah percobaan eksperimental secara acak," kata Davidov
Davidov pun meminta agar wanita tidak membatalkan histerektomi yang sudah terjadwal berdasarkan penelitian ini. Namun, dia menyarankan agar wanita terlebih dahulu mengeksplorasi metode pengobatan non bedah sebelum menerapkan histerektomi.
"Pembedahan harus selalu menjadi solusi untuk usaha terakhir," ujar Davidov. Temuan ini dipublikasikan pada 3 Januari di jurnal Menopause.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)