Ilustrasi Jakarta. DOK MI
Ilustrasi Jakarta. DOK MI

Penurunan Tanah di Jakarta Mengkhawatirkan, Tak Terasa Tapi Dampaknya Nyata

Renatha Swasty • 09 Oktober 2025 11:42
Jakarta: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap adanya penurunan tanah di wilayah Pantai Utara Jawa mencapai 10 cm per tahun, bahkan ada yang sudah lebih dari 1 meter dalam delapan tahun. Fenomena ini terjadi tanpa disadari masyarakat karena prosesnya berlangsung perlahan namun berdampak sangat merugikan.
 
Dilansir dari akun Instagram @brin_indonesia, penurunan tanah ini bisa mengancam kehidupan masyarakat pesisir dengan kerusakan infrastruktur yang semakin parah. Periset Pusat Riset Geoinformatika BRIN, Joko Widodo, mengatakan penurunan tanah menjadi ancaman serius, khususnya di wilayah Pantai Utara Jawa, seperti Jakarta, Pekalongan, dan Sayung, Demak.
 
Apabila tidak segera ditangani dengan langkah mitigasi dan adaptasi tepat, dampaknya bisa sangat merugikan. Dampak yang dirasakan mulai dari hilangnya wilayah daratan hingga terganggunya kehidupan masyarakat pesisir.

“Penurunan tanah merupakan ancaman serius, terutama di wilayah Pantai Utara Jawa seperti Jakarta, Pekalongan, dan Sayung, Demak. Jika tidak ditangani dengan langkah mitigasi dan adaptasi yang tepat, dampaknya bisa sangat merugikan mulai dari hilangnya wilayah daratan hingga terganggunya kehidupan masyarakat pesisir," kata Joko dikutip dari akun Instagram @brin_indonesia, Kamis, 9 Oktober 2025.
 
Sebenarnya apa itu fenomena penurunan tanah? Yuk simak penjelasan lengkapnya!

Fenomena penurunan tanah

Penurunan tanah merupakan turunnya permukaan bumi secara perlahan karena volume material di bawah tanah yang menyusut. Penyebab utamanya yakni pengambilan air tanah secara berlebihan dan pemadatan alami sedimen serta beban bangunan di atas tanah yang lunak.
 
Selain itu, fenomena ini tidak seperti gempa atau longsor yang terasa seketika, melainkan penurunan tanah terjadi secara perlahan. Dampaknya justru bisa serius seperti bangunan retak dan rusak, air laut makin jauh masuk ke daratan, rob puluhan kali lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan muka laut akibat iklim.
  Di kota seperti Jakarta dan Pekalongan, kebutuhan air tanah masih cukup tinggi. Ditambah tanah yang lunak dan beban bangunan, penurunan tanah menjadi semakin cepat dan kerusakannya sering kali bersifat permanen.
 
BRIN memantau penurunan tanah di Jakarta menggunakan teknologi Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR). Dengan memanfaatkan data satelit radar, BRIN bisa mendeteksi pergerakan tanah secara presisi hingga skala milimeter per tahun.
 
Di Jakarta, BRIN menggunakan 81 citra satelit ALOS-2 PALSAR-2 periode 2017-2022. Data ini divalidasi di lapangan dan hasil akurasinya mencapai 83 persen.

Penurunan tanah di Jakarta

Hasil pemantauan BRIN mengindikasikan kondisi penurunan tanah di Jakarta cukup mengkhawatirkan. Di wilayah utara Jakarta, permukaan tanah mengalami penurunan sekitar 5-6 cm per tahun. Sedangkan, di Muara Baru keadaan tanah sudah berada 2,4 meter di bawah permukaan laut saat pasang.
 
Bukan hanya di Jakarta. Fenomena penurunan tanah terjadi di Pekalongan dengan menujukkan penurunan tanah mencapai 10-19 cm per tahun. Selain itu, kini di Pantura menjadi salah satu kota yang mengalami penurunan tanah tertinggi.
 
BRIN juga menganalisis 45 citra radar dari 2014-2022. Sebanyak 60,9 persen wilayah kota menunjukkan penurunan signifikan. Beberapa titik bahkan sudah turun 1 meter dalam 8 tahun.
 
Lantas, bagaimana penyelesaiannya?
 
DKI Jakarta sudah mempunyai Peraturan Gubernur Nomor 93/2021 tentang larangan pengambilan air tanah, tetapi hasil analisis PS-InSAR menyatakan wilayah dengan penurunan tanah terparah seperti Jakarta Utara dan Jakarta Barat belum masuk zona larangan. Hal ini menjelaskan pentingnya menyelaraskan kebijakan dengan data riset terkini supaya langkah mitigasi bisa lebih tepat sasaran.
 
Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi penurunan tanah yakni pemantauan rutin dengan teknologi InSAR. Selanjutnya, dengan pengaturan pengambilan air tanah, serta kesadaran publik karena pencegahan dimulai dari masyarakat. (Bramcov Stivens Situmeang)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan