Anak yang tak mendapatkan imunisasi tidak memiliki antibodi untuk menangkal beragam jenis penyakit, salah satunya yang ditularkan oleh bakteri Corynebacterium diphteria atau difteri.
"Sebagiannya lagi diimunisasi tapi imunisasinya tidak lengkap," ungkap Hartono, dalam Metro I-Care, Minggu 11 Desember 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ketua III PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini mengatalam untuk membuat antibodi yang protektif dan melindungi tubuh terhadap penyakit perlu jumlah tertentu dan perlu pengulangan.
Seperti diketahui imunisasi dasar DPT atau difteri, pertusis, dan tetanus harus didapatkan lengkap saat anak berusia di bawah 1 tahun. Saat anak berusia 1-5 tahun perlu diulangi hingga 2 kali lagi.
Khusus untuk kejadian luar biasa, kata Hartono, Kementerian Kesehatan memang menganjurkan agar anak-anak untuk mendapatkan vaksin difteri. Pemberian vaksin ini bisa digabung dengan vaksin lain seperti vaksin HIB dan Hepatitis B.
"Anak di bawah satu tahun perlu 3 kali imunisasi DPT, usia 2,3, dan 4 bulan. Kemudian usia 18 bulan diulang lagi yang keempat bersamaan dengan vaksin campak dan rubella. IDAI juga menganjurkan ulangan DPT usia 5 tahun dan saat masuk sekolah Kementerian Kesehatan menganjurkan imunisasi DT dan campak pada usia sekolah 1 SD," ungkapnya.
Selain anak-anak, orang dewasa pun perlu melakukan pengulangan imunisasi. Merujuk pada pedoman imunisasi Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia merekomendasikan orang dewasa melakukan imunisasi Td atau tetanus difteri setiap 10 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(MEL)