Dan saat ini, diet keto dikaitkan dengan segala hal mulai dari jantung yang lebih sehat hingga perlindungan terhadap kanker tertentu. Namun bukan berarti diet keto bisa menjadi obat dari berbagai masalah kesehatan.
Dalam wawancara dengan The List, pakar kesehatan hormonal wanita Alisa Vitti, pendiri FLOLiving, menjelaskan bahwa diet keto mungkin tidak berkontribusi dalam meningkatkan kesuburan pada wanita. Salah satu perhatian utama ketika melakukan diet keto, terutama ketika dalam melakukan program hamil adalah bahwa diet keto dapat mengganggu ovulasi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Ovulasi merupakan bagian penting dalam produksi hormon estrogen dan progesteron, dimana keduanya merupakan hormon yang penting untuk terjadinya kehamilan,” ujar Vitti.
Ia juga menambahkan bahwa sekitar 45 persen dari wanita yang melakukan diet keto mengalami gangguan menstruasi seperti siklus menstruasi yang terlewat atau amenore.
Ia juga mencatat, berbagai jenis stres seperti penurunan berat badan secara signifikan atau peningkatan olahraga dapat mengganggu siklus hormon secara negatif,” tambah Vitti.
“Penurunan berat badan yang berlebihan dan pembatasan kalori menurunkan kadar estrogen, GnRH, FSH, dan LH yang penting untuk kesuburan dan ovulasi serta produksi progesteron Anda.”
“Alasan lain mengapa diet keto tidak dianjurkan untuk wanita yang sedang dalam program kehamilan adalah karena cara makan yang ekstrem kemungkinan dapat menambah level stres mereka,” ujar Vitti.
Bagi wanita, lanjutnya, yang menjalani perawatan kesuburan, menambahkan diet ketat dapat menambah stres, yang akan mengganggu kadar kortisol. "Dan berdampak negatif pada kesuburan,” jelasnya.
Apakah itu berarti diet keto merupakan ide yang buruk bagi mereka yang sedang mencoba untuk hamil? menurut Vittu, ada beberapa situasi spesifik dimana diet ini mungkin dapat membantu.
“Untuk wanita yang mengalami obesitas dan terutama PCOS yang resisten terhadap insulin, yang tidak mengalami ovulasi, diet keto jangka pendek dapat membantu mengurangi kadar insulin. Dan dengan demikian mungkin mengatur hormon reproduksi lainnya sehingga mereka dapat memulai kembali ovulasi,” tutup Vitti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)