Bogor: Pernahkah Anda mendengar sindrom metabolik? Sindrom metabolik adalah kumpulan faktor risiko kesehatan yang bila tidak segera ditangani bisa berakibat fatal. Contohnya seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, lemak berlebih di sekitar pinggang, serta rendahnya HDL atau kolesterol “baik”.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dan Combiphar, perusahaan lokal consumer healthcare di Indonesia menyadari pentingnya penerapan pola hidup sehat sejak dini, salah satunya sejak pubertas, yang menjadi periode rawan munculnya sindrom ini.
"Krusialnya usia remaja dalam membentuk generasi Indonesia yang lebih sehat, mendorong Combiphar untuk terus konsisten menjalankan beragam inisiatif yang menyasar kalangan muda," ujar B. Dewinta Hutagaol, selaku Division Head of Corporate Communications & Community Development Combiphar.
Ia menambahkan lagi bahwa komitmen Championing a Healthy Tomorrow, Combi Run Academy menjadi salah satu upaya nyata Combiphar dalam merangkul anak-anak muda Indonesia untuk semakin peduli pada kesehatan diri melalui olahraga lari.
"Pada penyelenggaraan di tahun kedua ini, pelaksanaan CRA kami fokuskan pada pelatihan intensif seputar teori dan praktik lari agar siswa-siswi SMA peserta mendapatkan manfaat optimal dari olahraga ini, salah satunya untuk menghindari ancaman sindrom metabolik,” papar perempuan berkacamata ini.
(Baca juga: Penderita Sindrom Metabolik Membutuhkan Asupan Vitamin E)

(15 sekolah SMA terpilih di Jakarta mengikuti paparan pelatihan dalam acara Championing a Healthy Tomorrow, Combi Run Academy dari Combiphar. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Prevalensi sindrom metabolik di Indonesia mencapai 23 persen. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menggambarkan beberapa kondisi kesehatan yang terkait sindrom ini; antara lain proporsi obesitas usia dewasa yang meningkat dari 14,8 persen (Riskesdas 2013) menjadi 21,8 persen, prevalensi hipertensi dari 25,8 persen naik ke 34,1 persen, dan peningkatan prevalensi diabetes melitus dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen.
Gaya hidup sedentary (tidak aktif/malas bergerak) dan konsumsi asupan tak sehat berandil besar. Terbukti, 33,5 persen penduduk Indonesia ternyata belum cukup beraktivitas fisik, sementara 95 persen masing kurang mengonsumsi sayur dan buah (Riskesdas 2018).
“Pada masa pubertas, tubuh mengalami perubahan hormon secara pesat yang dapat memengaruhi kemunculan sindrom metabolik. Bila tak segera disadari, dampaknya bisa membawa perubahan besar dalam tubuh," terang dr. Sandi Perutama Gani, Medical Expert Combiphar.
Ia melanjutkan bahwa tranformasi gaya hidup yang signifikan, yaitu cukup beraktivitas fisik dan mengonsumsi makanan sehat secara teratur, perlu segera diaplikasikan guna menghindari sindrom metabolik pada remaja.
"Lari menjadi salah satu kegiatan fisik yang direkomendasikan bagi kalangan usia muda untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh,” pesan dr. Sandi.
Perubahan besar yang bisa terjadi dalam tubuh remaja bila penanda sindrom metabolik tidak segera ditangani antara lain pengerasan pembuluh arteri (Arteriosclerosis), penurunan fungsi ginjal, bahkan resistensi inslusin-yaitu ketika sel tubuh tidak dapat mengolah gula darah dengan sempurna.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id(TIN)