Studi Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 menyebutkan bahwa terdapat 14,1 juta kasus baru kanker dengan jumlah kematian 8,2 juta orang. (Foto: Ethan Sykes/Unsplash.com)
Studi Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 menyebutkan bahwa terdapat 14,1 juta kasus baru kanker dengan jumlah kematian 8,2 juta orang. (Foto: Ethan Sykes/Unsplash.com)

Persentase Tertinggi Kanker Paru Nasional Terdapat di Yogyakarta

Rona kanker paru
Sri Yanti Nainggolan • 06 Februari 2018 17:20
Jakarta: Kanker paru adalah salah satu jenis gangguan pernapasan dengan persentase cukup tinggi baik secara global maupun nasional.
 
Studi Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 menyebutkan bahwa terdapat 14,1 juta kasus baru kanker dengan jumlah kematian 8,2 juta orang.
 
Globocan juga menemukan, kanker paru menjadi penyebab kematian pada pria sebanyak 30 persen dan pada wanita sebesar 11 persen.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan bahwa prevalensi kanker untuk semua kelompok umur adalah 1,4 per 100 ribu penduduk atau 347.392 orang. Jika demikian, daerah mana yang memiliki persentase tertinggi?
 
Persentase Tertinggi Kanker Paru Nasional Terdapat di Yogyakarta
("Jumlah penduduk kanker paru terbanyak di Indonesia adalah Yogyakarta dengan persentase 4,1 per 100 ribu," jawab Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementerian Kesehatan, Niken Wastu Palupi. Foto: Dok. Medcom.id/Sri Yanti Nainggolan)
 
(Baca juga: Siapa Saja yang Berisiko Terkena Kanker Paru?)
 
"Jumlah penduduk kanker paru terbanyak di Indonesia adalah Yogyakarta dengan persentase 4,1 per 100 ribu," jawab Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementerian Kesehatan, Niken Wastu Palupi dalam sebuah forum kesehatan, Selasa 6 Februari 2018.
 
Sementara, dari segi angka absolut, jumlah penderita kanker paru di Yogyakarta berada di kisaran 14 ribu jiwa, jauh lebih kecil bila dibandinhkan dengan Jawa Barat sejumlah 62 ribu penderita dan Jawa Timur sebanyak 41 ribu orang.
 
Penyebab pasti dari tingginya prevalensi di Yogyakarta tersebut masih dikaji hingga saat ini.
 
"Kalau mau lihat dati segi positifnya, dengan jumlah penduduk yang sedikit (lima kabupaten dan kota) dan akses yang tak sulit, kemungkinan penduduk yang memiliki gejala penyakit langsung bisa memeriksakan," pungkas Niken.
 
Selain itu, Niken juga berasumsi bahwa tingkat kesadaran masyarakat Yogyakarta yang tinggi membuat warga lebih awas dalam melakukan deteksi dini.
 

 

 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif