(Foto: Web MD)
(Foto: Web MD)

Mengatasi Saraf Terjepit dengan Terapi Laser

Rona kesehatan
Media Indonesia • 05 April 2017 11:02
medcom.id, Jakarta: Hernia nucleus pulposus (HNP) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit saraf kejepit/terjepit ialah masalah kesehatan yang menimbulkan gejala mengganggu. Penderitanya akan merasakan nyeri berkepanjangan di area pinggang hingga menjalar ke tungkai.
 
Penyakit itu memang tidak menimbulkan kefatalan, tapi nyeri yang ditimbulkan jelas mengurangi produktivitas. Terlebih, pada sejumlah kasus, HNP juga menyebabkan kelumpuhan kaki.
 
Menurut dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI)-Puri Indah, Jakarta, Muki Partono, HNP terjadi ketika struktur cincin annulus fibrosus pada bantalan antarruas tulang belakang mengalami robekan sehingga jaringan nucleus pulposus yang terdapat di dalam cincin itu menonjol dan menekan saraf yang ada di dekatnya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Nucleus pulposus strukturnya seperti gel. Ketika cincin annulus fibrosis yang membungkusnya robek, gel itu keluar lewat robekan itu. Tonjolannya menekan saraf di dekatnya. Penekanan pada saraf itulah yang memunculkan gejala seperti nyeri, baal, hingga kelumpuhan pada area pinggang hingga tungkai," terang Muki pada temu media di Jakarta, beberapa waktu lalu.
 
HNP terjadi secara bertahap. Diawali dengan degenerasi cincin annulus fibrosus yang menyebabkan tonjolan yang menekan saraf, tetapi belum terjadi robekan. Jadi, gel nucleus pulposus masih terbungkus dalam cincin tersebut. Pada tahap selanjutnya, cincin tersebut robek sehingga gel nucleus pulposus mencuat keluar.
 
Penanganan HNP disesuaikan dengan tingkatan tersebut.
 
Namun, masyarakat awam umumnya mengira bahwa penanganan HNP harus melalui operasi. Padahal, HNP tahap awal, yakni sebelum cincin annulus fibrosus mengalami robekan, bisa ditangani dengan teknik percutaneous laser disc compression (PLDD). Metode itu menyusutkan tonjolan gel nucleus pulposus dengan menggunakan energi laser.
 
"Tekniknya memasukkan jarum suntik yang tersambung dengan perangkat laser melalui kulit dan diarahkan ke nucleus pulposus yang menonjol. Panas yang dihasilkan laser akan menyusutkan gel tersebut sehingga tonjolan tersebut kembali ke bentuk normal dan saraf terbebas dari penjepitan," jelas Muki.
 
Tingkat keberhasilan metode PLDD mencapai 80%, hampir sama dengan tingkat keberhasilan operasi yang berkisar 80%-90%. Namun, Muki kembali mengingatkan bahwa PLDD hanya efektif untuk kasus HNP yang belum mengalami robekan cincin annulus fibrous.
 
"Jika sudah terjadi robekan cincin tersebut, penanganannya harus dengan operasi. Karena itulah, pemeriksaan awal harus dilakukan seteliti mungkin agar pemilihan metode penanganannya juga tepat," imbuh Muki.
 
Ia menambahkan, penderita HNP yang memang harus menjalani operasi tidak perlu khawatir. Saat ini teknik operasi untuk mengatasi HNP telah jauh berkembang. "Ada teknik operasi sayatan kecil yang membuat waktu pemulihan menjadi lebih singkat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(DEV)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif