Emotional eating atau stres makan adalah tindakan makan makanan sebagai respons terhadap perasaan. (Ilustrasi/Pexels)
Emotional eating atau stres makan adalah tindakan makan makanan sebagai respons terhadap perasaan. (Ilustrasi/Pexels)

Penyebab Emotional Eating

Rona psikologi
Sunnaholomi Halakrispen • 29 September 2020 15:58
Jakarta: Emotional eating atau stres makan adalah tindakan makan makanan sebagai respons terhadap perasaan. Kondisi ini biasanya terjadi saat Anda tidak benar-benar lapar, tetapi emosi memicu Anda untuk makan lebih banyak.
 
Dikutip dari WTVR, saat kita merasa stres, tubuh kita melepaskan hormon steroid yang disebut kortisol. Hormon ini memiliki beberapa peran di dalam tubuh, di antaranya membantu mengontrol kadar gula darah dan mengatur metabolisme.
 
Stres kronis dapat menyebabkan kadar kortisol tinggi yang tetap tinggi, yang kemudian meningkatkan gula darah dan nafsu makan. Hal ini pada gilirannya dapat membuat Anda mendambakan makanan manis, berlemak, atau berminyak, yang cenderung sangat tinggi kalori. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Hasilnya, menyebabkan penambahan berat badan berlebih, serta hubungan negatif dengan makanan. Lalu, apa saja penyebab terjadinya emotional eating?

1. Kebosanan

Kita semua memiliki definisi kebosanan yang berbeda. Akan tetapi, biasanya berfokus pada tidak ada yang bisa dilakukan atau tugas yang kita lakukan sepertinya tidak ada gunanya. 
Hal tersebut dapat membuat kita mencari sesuatu untuk menghabiskan waktu. Kemudian, membujuk kita untuk makan dan berpotensi menyebabkan makan secara emosional.

2. Kebiasaan lama

Mungkin rekan kerja Anda akan memesan makanan cepat saji ke kantor untuk makan siang setiap hari. Meskipun Anda memiliki pekerjaan baru sekarang, Anda masih menemukan diri Anda memesan makanan cepat saji beberapa kali sehari.
 
Makan terus menerus bisa menjadi kebiasaan. Dengan kata lain, kebiasaan dipelajari. Artinya, kebiasaan tersebut dapat diabaikan dan diganti dengan kebiasaan baru yang lebih sehat.
 


 
3. Keuangan, stres kerja, dan interaksi sosial

Terlalu banyak atau terlalu sedikit interaksi sosial dapat memengaruhi keinginan kita. Jika pasangan atau teman sekamar Anda cenderung makan banyak junk food, Anda mungkin tergoda untuk melakukannya juga.
 
Mungkin setelah kerja keras, Anda merasa perlu makan banyak gula. Atau mungkin Anda hanya merasa kesepian dan kue hangat seperti pelukan erat di akhir hari kerja yang penuh tekanan. Kondisi ini akan baik-baik saja jika Anda benar-benar mendengarkan tubuh Anda, menghormati keinginan Anda, dan merasa memegang kendali. 
 
Tetapi, berbeda jika stres tampaknya mengarahkan emosi Anda untuk mendapatkan yang terbaik dari Anda. Hal ini mengakibatkan pilihan makanan yang buruk berulang kali, dan inilah saatnya untuk membuat perubahan. 
 
Makanan adalah makanan; itu bukan sahabatmu dan itu bukan musuh terburukmu. Jika Anda mencari makanan untuk memecahkan masalah Anda, Anda akan segera menyadari bahwa itu tidak akan berhasil.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif