Angelina Jolie bersama Zahara & Shiloh (kanan). (Foto:yahoo.com)
Angelina Jolie bersama Zahara & Shiloh (kanan). (Foto:yahoo.com)

Mengenal Gender Dysphoria, Kondisi yang Dialami Putri Angelina Jolie

Rona kesehatan angelina jolie
Nia Deviyana • 17 September 2015 14:10
medcom.id, Jakarta: Penampilan tomboi putri Angelina Jolie-Brad Pitt, Shiloh Jolie-Pitt, membuat orang tuanya khawatir. Jolie dan Pitt dikabarkan telah menemui konsultan ahli gender untuk membahas perilaku putrinya itu.
 
Baca juga: Angelina Jolie Khawatir Anaknya Menjadi Transgender
 
Diduga, Shiloh mengidap gender dysphoria. Seperti dilansir dari Web MD, orang yang mengalami gender dysphoria tak menganggap jenis kelamin mereka seperti yang terlihat. Misalnya, seseorang memiliki anatomi fisik seperti wanita, namun ia merasakan identitas laki-laki dalam dirinya, atau sebaliknya. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dysphoria bisa menyebabkan ketidakpuasan, kecemasan dan kegelisan pada penderitanya. Ketidaknyamanan dalam tingkat parah bisa mengganggu kehidupan seseorang dalam aspek kehidupannya, misalnya di sekolah, tempat kerja dan lingkungan sosial lainnya.
 
Ada yang mengatakan dysphoria adalah gangguan identitas gender. Namun, gender dysphoria tidak bisa digolongkan sebagai homoseks, mengingat perasaan internal gender tak sama dengan orientasi seksual.
 
Gejala dan diagnosa Gender Dysphoria
 
Belum ada penyebab pasti mengapa seseorang mengidap gender dysphoria, meski sebagian ahli berpendapat ketidakseimbangan hormon menjadi faktor pemicunya.
 
Seorang anak bisa dikatakan mengidap gender dysphoria jika memiliki gejala berikut ini, setidaknya dalam 6 bulan.
 
1. Mengatakan diri mereka sebagai perempuan, padahal jenis kelamin dan tanda fisik mereka laki-laki, atau sebaliknya.
 
2. Memilih teman dari jenis kelamin sesuai dengan yang ia percaya sebagai jenis identitasnya. Misalnya seorang anak laki-laki memilih bermain bersama anak perempuan karena merasa dirinya adalah anak perempuan, atau sebaliknya.
 
3. Menolak mainan tertentu yang mencirikan identitas seseorang. Misalnya, seorang anak perempuan tidak mau bermain boneka barbie karena sifat tomboi dan merasa tak pantas memainkannya.
 
4. Pada anak perempuan, biasanya menolak cara buang air kecil seperti seharusnya (berjongkok).
 
5. Pada perempuan, mereka percaya bisa tumbuh macho layaknya pria. 
 
6. Pada orang dewasa, mereka akan menghindari mandi, berhubungan seks, atau aktivitas apapun yang membuat mereka melihat alat kelaminnya. Tekanan yang kuat bisa mendorong gender dysphoria menjadi transgender.
 
Penanganan
 
Para pakar menyarankan untuk lebih fokus pada penanganan stres, dan kecemasan daripada mengubah pola pikir penderita, mengingat 71 persen orang dengan dysphoria rata-rata memiliki diagnosis kesehatan mental, termasuk gangguan suasana hati, skizofrenia, depresi, penyalahgunaan zat, gangguan makan hingga usaha bunuh diri.
 
Terapi bersama psikolog atau psikiater merupakan bagian dari penanganan untuk gender dysphoria agar tidak merasa cemas. Saat terapi, penderita bisa mencurahkan kemauannya. 
 
Psikolog pun bisa memberi nasehat-nasehat tepat sebagai pertimbangan, jika kelak penderita ingin mengubah dirinya menjadi transgender.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(LOV)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif