Jakarta: Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) berkomitmen dalam menangani masalah kanker payudara di Indonesia. Salah satu langkah serius yang dilakukan YKPI ialah menyebarluaskan pentingnya deteksi dini kanker payudara hingga ke pelosok Tanah Air.
Hal itu disampaikan Ketua YKPI, Linda Agum Gumelar, dalam Syukuran Dua Windu Yayasan Kanker Payudara Indonesia, di Jakarta, Kamis 22 Agustus 2019. Menginjak usianya yang ke-16, YKPI bertekad untuk terus menyebarluaskan sosialisasi hingga ke pelosok Tanah Air.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Program kami periksa payudara sendiri (SADARI). Dari ujung barat dan timur hingga ke pelosok Indonesia. kami bekerja dengan komunitas dan kelompok masyarakat tertentu dalam melakukan sosialisasi ini," kata Linda.
Linda menyebutkan, 70 persen orang yang melakukan deteksi dini ternyata sudah menderita kanker payudara stadium lanjut. Untuk itu, Linda berharap, sosialisasi ini bakal meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan payudaranya.
"Dengan deteksi dini, akan berdampak signifikan dengan menurunnya angka pasien kanker payudara stadium lanjut di Indonesia.
Selain sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara kepada masyarakat, YKPI juga menyelenggarakan TOT pada dokter. YKPI juga menyelenggarakan skrining masal secara gratis melalui unit mobil mammografi (UMM). "Ini merupakan hasil kerjasama dengan RSK Dharmais," sambung dia.
Menurut Linda, UMM YKPI adalah mobil mammografi pertama dan satu-satunya di Indonesia. Berdasarkan data YKPI, 13.264 orang telah melakukan mamografi di UMM dengan hasil 1.982 orang diketahui memiliki tumor jinak dan 208 orang memiliki tumor ganas.
“Tim mammografi YKPI yang terdiri dari tenaga medis profesional dari RSK Dharmais akan merekomendasikan mereka yang diduga memiliki tumor baik jinak ataupun ganas untuk melakukan pemeriksaan klinis lebih lanjut di rumah sakit, agar kankernya dapat segera tertangani secara klinis,” sambung Linda.
Hanya saja, jarak tempuh UMM masih sangat terbatas di wilayah Jakarta saja. Hal ini lantaran alat-alat mammografi di dalamnya membutuhkan perawatan khusus yang baru bisa ditangani di ibu kota.
Selain itu, YKPI juga telah menelurkan pelatihan pendamping pasien kanker. Katanya, hingga saat YKPI sudah melakukan pelatihan terhadap 310 pendamping selama 5 tahun.
Para pendamping tersebut, kata dia, telah bersertifikat international dari TÜV Rheinland. Para pendamping ini nantinya bakal membantu pasien dan keluarganya untuk lebih memahami cara menghadapi kondisi pasien kanker dari sisi psikologis.
"Pendekatan ini diperlukan karena pasien emosinya tidak stabil, juga agar terus semangat melakukan rangkaian pengobatan medis," ungkap dia.
Di tingkat Internasional, YKPI aktif sebagai anggota Reach to Recovery International (RRI) dan Union for International Cancer Control (UICC). Ini merupakan sebuah organisasi terkemuka berbasis di Jenewa, Swiss dengan jaringan masyarakat sipil global yang mewakili hampir 2.000 organisasi di 170 negara.
"Akan tetapi, YKPI menyadari upaya pencegahan dan pengendalian kanker payudara di Indonesia, perlu dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)