Ilustrasi- Pexels
Ilustrasi- Pexels

Mitos seputar Penyakit Vitiligo

Rona vitiligo
Kumara Anggita • 25 November 2019 14:32
Jakarta: Banyak mitos-mitos yang beredar tentang penyakit. Salah satunya adalah penyakit kulit Vitiligo.
 
Menurut Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Dian Pratiwi salah satu ungkapan yang sering terdengar tentang penyakit vitiligo adalah, mereka yang terkena penyakit ini biasanya memiliki penyakit fisik dan mental lainnya.
 
Ungkapan ini tidak tepat. Faktanya, secara umum orang dengan vitiligo hidup normal. Namun mungkin lebih umum memiliki kelainan autoimun lainnya seperti:

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


1. Hipertiroidisme - Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
2. Insufisi adrenokortikal - Kelenjar adrenal tidak menghasilkan cukup hormon
3. Alopecia areta - Kebotakan rambut setempat
4. Anemia permisiosa - Tingkat sel darah merah rendah akibat tubuh sulit menyerap vit B12 dll

Mengenal Vitiligo

Penyakit kulit satu ini terjadi akibat kurangnya prigmen melanin dalam tubuh yang bertugas memberi warna untuk kulit, mata, dan rambut.
 
Warna kulit manusia dipengaruhi oleh pigmen bernama melanin. Pada penyakit vitiligo, sel-sel pembentuk melanin (melatonosit) berhenti berfungsi memproduksi melanin.
 
"Vitiligo merupakan penyakit hilangnya warna kulit yang berbentuk bercak-bercak warna putih susu. Luas dan keparahan kehilangan warna kulit dari Vitiligo tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi di bagian mana pun dari kulit tubuh, termasuk juga rambut dan selaput lendir misalnya bagian dalam mulut," ujar dr. Dian.
 
"Warna kulit dan rambut ditentukan oleh melanim, Vitiligo terjadi ketika sel-sel yang memproduksi melanin yaktu melanosit mati atau berhenti berfungsi. Biasanya, perubahan warna pertama kali terlihat pada area yang terpapar sinar matahari seperti tangan, kaki, lengan, wajah, dan bibir," jelasnya.
 
Dokter Dian pun menambahkan, penyebab pasti Vitiligo masih belum sepenuhnya dipahami. Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa berbagai mekanisme seperti kelainan metabolik, stres oksidatif, respons autoimun, dan faktor genetik berkontribusi pada timbulnya Vitiligo.
 
"Meskipun tidak mengancam jiwa, tidak menular, dan tidak ada gejala yang dirasakan oleh pasien, efek Vitiligo dapat memganggu secara kosmetik dan psikologis. Seperti kurang percaya diri, citra tubuh yang buruk, stres dan efek negatif lainnya," lanjut dr. Dian.
 
Vitiligo dapat terjadi pada manusia di segala usia. Namun sebagian besar, penderita mengalaminya sebelum usia 20 tahun.
 
Untuk mendeteksi penyakit ini, Anda bisa melihat adanya kehilangan warna kulit yang merata menjadi putih susu, uban pada rambut di kulit kepala, bulu mata, alis atau janggut. Di samping itu juga terdapat kehilangan warna pada bagian dalam mulut dan hidung, kehilangan atau perubahan warna lapisan dalam bola mata.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif