Apakah anak sungguh mudah terpenagruh oleh tayangan-tayangan tertentu, sampai bisa mendorong mereka untuk membunuh? Psikolog Klinis Dewasa, Cynthia Eveline, M.Psi, Psikolog dari Puskesmas Kecamatan Duren Sawit menerangkan anak cenderung meniru apa yang dilihat termasuk film-film kekerasan.
Kecenderungannya untuk mengikuti semakin kuat tanpa ada pengawasan dari orang tua atau orang dewasa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Anak-anak dan remaja paling banyak belajar lewat "modelling" artinya mereka meniru suatu perilaku. Ditambah nilai-nilai apa yang ditanamkan dalam film tersebut," papar psikolog yang ramah ini.
"Misalnya ditanamkan dalam film bahwa seorang yang melakukan kriminal itu sosok yang keren. Dia bisa mengidolakan sosok itu,” ujarnya saat dihubungi Medcom.id, Selasa, 10 Maret 2020.
“Pada masa remaja, seseorang mencari identitas dirinya. Seseorang mengeksplor mana yang paling cocok dan nyaman. Kalau dia eksplor lewat film dan lingkungan yang mendukung (banyak melakukan kekerasan) maka pengaruh film itu jadi bisa sangat besar. Dia bisa mengidentifikasikan dirinya ingin jadi sosok apa yang dia tonton,” ujarnya.
Oleh karena itu, Anda sebagai orang tua harus menyaring tontontan dan game yang dimainkan anak dan berkomunikasi secara terbuka. Beritahu hal apa yang baik dicontoh, hal apa yang berbahaya, dan hal apa yang perlu untuk dihindari.
Cynthia menegaskan bahwa anak dan remaja belum bisa berpikir secara matang dan mempertimbangkan risiko secara menyeluruh dari perbuatan mereka. Oleh karena itu, penting sekali peran orang tua di sini begitu besar. Hindarilah anak Anda dari hal-hal yang berbau kekerasan. Jangan lupa dampingi mereka dan beri pengertian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)