Ada tantangan baik untuk orang tua maupun untuk balita saat sekolah daring. Berikut penjelasan psikolog. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
Ada tantangan baik untuk orang tua maupun untuk balita saat sekolah daring. Berikut penjelasan psikolog. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Tantangan Orang Tua dan Balita pada Masa Sekolah Daring

Rona psikologi anak perkembangan anak
Raka Lestari • 13 Agustus 2020 13:00
Jakarta: Banyak orang tua yang merasa stres atau lelah ketika harus mengajarkan anak-anak mereka school from home (SFH) atau sekolah daring. Selain kegiatan belajar dan mengajar terasa kurang efektif, baik orang tua maupun anak rentan mengalami stres.
 
Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie, M.Psi dari Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung menjelaskan bahwa anak tidak bisa langsung menyesuaikan diri dengan metode school from home (SFH) atau sekolah daring hanya dalam waktu 1-3 bulan saja. 
 
“Anak kan butuh adaptasi juga. Adaptasi kadang bisa dibutuhkan selama enak bulan lebih, bahkan satu tahun. Makanya banyak riset tentang academic adjustment atau adaptasi di bidang akademik itu di tahun pertama. Jadi kalau masih satu sampai enam bulan, ya kondisi anak masih up and down,” ujar psikolog yang ramah ini. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pada tahapan balita, khususnya di usia tiga tahun, anak akan melalui fase pembentukan emotional competence dan bagian fungsi tengah otaknya sedang berkembang pesat. 
 
Artinya, ia akan mulai mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, belajar membina relasi, serta mengenal aturan baru selain aturan yang ada di rumah. 
 
 
 

Jalin relasi interpersonal pada anak

Akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama pandemi, Efnie menjelaskan bahwa stimulasi-stimulasi ini tidak bisa didapatkan oleh anak ketika tinggal dan belajar di dalam rumah dalam waktu yang cukup panjang.
 
Dampaknya, ini akan memengaruhi kompetensi anak dalam menjalin relasi interpersonal ketika ia kelak dewasa. 
 
Stres tentunya akan dialami oleh orang tua maupun anak selama proses adaptasi sekolah dari rumah.
 
“Ketika anak belajar dari rumah, orang tua pasti berpikir tanggung jawabnya ada di orang tua untuk memastikan anaknya mengerjakan, memperhatikan, dan menerima informasi dengan baik. Nah, biasanya kondisi itu yang membuat orang tua menjadi lebih stres,” kata Efnie. 
 
Untungnya, Efnie mengungkapkan bahwa anak masih bisa mengejar stimulasi yang tertinggal.
 
“Kita tidak boleh kehilangan momen. Anak harus dapat stimulasi dari orang lain selain keluarga inti, yang seharusnya ia dapatkan di sekolah,” tambah Efnie. 
 
“Kalau misalnya ada kerabat atau saudara yang masih tinggal satu kota dan dipastikan mereka sehat, tidak terinfeksi covid-19, tidak ada salahnya diadakan pertemuan keluarga yang sifatnya internal. Jadi, anak bisa belajar membina relasi dengan orang selain keluarga inti yang ada di rumah,” tutup Efnie. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif