Untuk mengatasi ketakutan anak, terapi yang cocok mengurangi kecemasan ini yaitu dengan membantu anak kita dan temannya untuk belajar, membahas dan menyelesaikan ketakutan mereka. (Foto: Blogcdn)
Untuk mengatasi ketakutan anak, terapi yang cocok mengurangi kecemasan ini yaitu dengan membantu anak kita dan temannya untuk belajar, membahas dan menyelesaikan ketakutan mereka. (Foto: Blogcdn)

Teman Dapat Mempengaruhi Rasa Takut pada Anak

Rona studi kesehatan perkembangan anak
Anggi Tondi Martaon • 17 Januari 2017 16:27
medcom.id, Jakarta: Rasa takut pada anak biasanya dipengaruhi oleh pengalaman pribadi. Diluar itu, menurut hasil penelitian menyebutkan rasa takut akan sesuatu hal ternayata dipengaruhi oleh teman sepermainan anak.
 
Dalam sebuah percobaan, peneliti memberikan informasi kepada  anak-anak berusia tujuh sampai 10 tahun tentang binatang menakutkan. 
Studi menemukan, persepsi peserta akan binatang menakutkan cenderung bergeser setelah berbicara dengan teman-teman.
 
"Studi menunjukkan bahwa anak-anak cenderung memilih teman-teman yang memiliki atribut yang mirip dengan diri mereka sendiri dan mereka juga dapat menjadi lebih serupa melalui interaksi mereka," kata penulis utama studi Jinnie Ooi, seorang peneliti psikologi di University of East Anglia di Inggris.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Teman Dapat Mempengaruhi Rasa Takut pada Anak
"Dalam penelitian kami, ada beberapa bukti bahwa teman-teman memiliki tingkat yang sama dari gejala kecemasan dan respons takut bahkan sebelum berdiskusi dan rasa takut cenderung sama setelah diskusi," Ooi menambahkan melalui email.
 
Menurut AS National Institutes of Health, gangguan kecemasan adalah salah satu penyakit mental paling umum yang mempengaruhi hampir satu dari lima orang dewasa di beberapa titik. Gejala sering muncul di masa kecil.
 

Metode penelitian
Untuk penelitian ini, 106 anak laki-laki dan 136 perempuan menyelesaikan kuesioner sesuai usia untuk mengukur kecemasan dan keyakinan tentang rasa takut. Kemudian, peserta menunjukkan gambar dua binatang yang asing bagi mereka yaitu kuskus dan Quoll (marsupial Australia). 
 

Teman Dapat Mempengaruhi Rasa Takut pada Anak
 
Peneliti kemudian membaca dua versi informasi tentang hewan tersebut, satu menggambarkan penilaian netral dan satunya lagi menggambarkan makhluk berbahaya.
 
Peneliti mengamati penilaian anak-anak akan suatu hewan sebelum dan sesudah mendiskusikannya dengan teman-teman mereka. Untuk melihat bagaimana penilaian peserta setelah diskusi, peneliti memberikan sebuah peta yang menunjukkan posisi hewan di jalan.
 
Sebelum diskusi, peneliti meminta peserta memberikan tanda dimana posisi mereka saat melihat hewan tersebut pada peta yang diberikan. Hal itu dilakukan untuk melihat rasa takut anak sebelum berdiskusi dengan temannya.
 
(Baca juga: Kulit Anak Menghitam, Widi Mulia Tak Khawatir)
 
Teman Dapat Mempengaruhi Rasa Takut pada AnakSetelah itu, peserta diminta untuk membahasnya bersama teman mereka akan hewan tersebut. Hasilnya, peserta cenderung memiliki respons takut mirip dengan teman-teman mereka.
 
Namun, perbedaan gender menimbulkan rasa takut. Ketika sepasang anak laki-laki membahas hewan, mereka cenderung menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam ketakutan setelah mereka berbicara.
 
Sedangkan anak perempuan menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap rasa takut ketika mereka telah melihat informasi mengancam. Tapi, rasa takut yang didiskusikan bersama tidak selalu berdampak negatif terhadap kecemasan anak ketika mendiskusikan dengan teman-teman.
 
Meski penelitian ini tidak membandingkan rasa takut setelah mendiskusikannya bersama teman dengan faktor lain, seperti keluarga atau genetika, peneliti menyebutkan hasil studi ini menunjukkan kecemasan yang dibahas bersama dapat menyebabkan rasa takut satu sama lain.
 

Membantu anak belajar
Untuk mengatasi hal ini, terapi yang cocok mengurangi kecemasan ini yaitu dengan membantu anak kita dan temannya untuk belajar, membahas dan menyelesaikan ketakutan mereka dengan cara yang lebih positif.
 
"Gangguan kecemasan anak adalah gangguan psikologis yang paling umum pada anak-anak pra-remaja," kata Ooi. 
 
"Hasil penelitian ini memiliki potensi untuk berkontribusi pada pencegahan masalah kecemasan, misalnya melalui kerja di sekolah. Dan juga untuk menginformasikan intervensi pengobatan dalam pengaturan klinis untuk gangguan kecemasan masa kanak-kanak," lanjut Ooi.
 

 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif