"Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua itu selalu merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan tempat berpijak," ujar Kriminolog Haniva Hasna, M. Krim kepada Medcom.id.
Selanjutnya, di kemudian hari mereka akan mengembangkan reaksi kompensatoris. Hal ini bisa dalam bentuk dendam dan atau sikap bermusuhan yang diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Anak-anak yang merasa tidak bahagia, hatinya dipenuhi konflik batin serta mengalami frustrasi terus menerus, yang mengakibatkan berperilaku agresif dalam bentuk serangan-serangan kemarahan," tuturnya.
Haniva menjelaskan, semua itu dilakukan sebagai tindakan penyalur atau pelepas apa yang selama ini dirasakan oleh si anak. Di antaranya, semua ketegangan, kemarahan, kerisauan, dan dendam hatinya.
"Penolakan oleh orang tua atau ditinggalkan oleh salah seorang dari kedua orang tuanya, jelas menimbulkan emosi dendam, rasa tidak percaya karena merasa dikhianati, kemarahan dan kebencian," papar Haniva.
Sentimen hebat itu, kata Haniva, menghambat perkembangan relasi manusiawi anak. Maka demikian, muncullah disharmoni sosial dan lenyapnya kontrol diri. Sehingga anak bisa dengan mudah melakukan tindak kriminal.
"Anak-anak delinquen ini memang dalam kondisi sadar saat melakukan delinquen, akan tetapi yang dikembangkan justru kesadaran yang salah," pungkas perempuan lulusan Magister Kriminolog UI ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)