Persaingan antar saudara atau sibling rivalry terlihat agak mengerikan namun sesungguhnya bila diarahkan dengan baik. (Foto: Pexels.com)
Persaingan antar saudara atau sibling rivalry terlihat agak mengerikan namun sesungguhnya bila diarahkan dengan baik. (Foto: Pexels.com)

5 Tips Atasi Persaingan Antar Saudara

Rona keluarga psikologi anak
Kumara Anggita • 09 Juni 2020 11:55
Jakarta: Sibling rivalry atau persaingan antara saudara atau kakak dan adik adalah sesuatu yang tak bisa dihindari dalam hubungan persaudaraan. Hal ini suka buat para orang tua merasa serba salah. Akhirnya bisa dibiarkan hingga dewasa.
 
Menurut Psikolog Klinis, Reynitta Poerwito., M.Psi dari rumah sakit Eka BSD Tangerang Serpong situasi ini memang mungkin terlihat agak mengerikan namun sesungguhnya bila diarahkan dengan baik, banyak keuntungan yang bisa diperoleh.

Untuk menghadapi situasi ini, ia menganjurkan beberapa cara antara lain: 

1. Memberikan respons yang sesuai dengan keadaan

Menururnya respons orang tua dalam menghadapi konflik yang sedang terjadi antara kakak dan adik sangat penting untuk bisa mengurangi rasa persaingan antar saudara.
 
“Sebaiknya, orang tua tidak harus selalu membela adik terutama jika adik sudah berusia lebih dari tiga tahun. Bila orang tua selalu membuat kakak untuk mengalah, maka persaingan antar saudara justru akan lebih intens,” ujarnya. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Berikan respons yang menampilkan keadilan sesuai dengan keadaannya. Misalnya, jika adiknya yang merebut mainan kakak, adiklah yang harus dijelaskan bahwa merebut bukan suatu sikap yang dibenarkan. Ajarkan adik untuk bisa meminta dengan baik-baik,” paparnya. 

2. Ajarkan anak untuk mengenal urutan kelahiran 

Setiap anak yang lahir dengan urutan tertentu pasti memiliki previlege (hak istimewa) masing-masing namun mereka tak menyadarinya. Oleh karena itu, jelaskan baik-baik kepada kakak apa keuntungan yang bisa didapatkan, begitu juga dengan adiknya.
 
“Misalnya, sebagai kakak pasti akan selalu merasakan pengalaman lebih dulu seperti bisa bersepeda, bisa berenang, bisa mandi sendiri, bisa makan sendiri, dan kakak juga memiliki kesempatan untuk mengajarkan adik-adiknya agar mereka menjadi lebih skillful,” jelasnya. 
 
“Menjadi adik, keuntunganya adalah bisa belajar banyak dari kakaknya serta memiliki mainan yang lebih banyak karena mainan kakak juga bisa di share ke adiknya,” lanjutnya. 

3. Pelajari alasan anak merasa iri 

“Mencari tahu alasan anak merasa iri adalah hal yang bisa membantu kita sebagai orang tua untuk lebih mengerti tentang kondisi mereka. Apakah karena kurang perhatian, merasakan ketidakadilan, atau apapun alasannya. Setelah itu, kita bisa introspeksi diri untuk lebih memenuhi kebutuhan anak,” jelasnya. 

4. Turunkan ekspektasi kepada kakak 

Orang tua biasanya meletakkan ekspektasi lebih besar kepada kakak dan hal ini tak selalu bisa diterima langsung oleh sang kakak. Cobalah untuk lebih objektif meletakkan ekspektasi tersebut agar kakak tidak merasa selalu salah. 
 
“Ekspektasi orang tua terhadap kakak biasanya cukup tinggi, misalnya dengan menginginkan kakaknya selalu sayang adik, berbuat baik kepada adiknya, menjadi contoh bagi adiknya, tidak melakukan hal-hal yang menyakiti adiknya, dan lain sebagainya. Namun biasanya orang tua kurang memberikan waktu untuk kakak agar bisa beradaptasi terhadap situasi yang dihadapinya,” ungkapnya.
 
“Dengan menurunkan ekspektasi, biasanya kesalahan yang dibuat oleh kakak selama proses belajar menjadi "kakak yang baik" akan direspons dengan lebih positif. Namun, bila ekspektasi orang tua terlalu tinggi, biasanya akan didominasi oleh emosi yang berlebihan yang bisa membuat kakak merasa kurang disayang,” jelasnya. 

5. Berikan anak waktu untuk adaptasi 

Waktu adalah kunci keberhasilan. Cobalah bersabar dan jangan langsung emosi dulu. “Memberikan waktu untuk beradaptasi kepada anak bisa membuat anak lebih nyaman saat memelajari posisi barunya terutama sebagai kakak. Pembelajaran ini akan lebih efektif bila orang tua selalu menyisihkan waktu untuk memberikan pengertian dan penjelasan yang dibutuhkan oleh anak,” jelasnya. 
 
Selalu melakukan intervensi dengan kepala dingin. Hindari menengahi anak ketika masih emosi. Ketika mereka berkelahi, Anda sebagai orang tua harus bersikap lebih tenang agar tidak terbawa. Pastikan Anda tak ikutan emosi dan memperkeruh suasana. 
 
“Menengahi situasi sibling rivalry pada anak sangat memerlukan akal sehat. Karena yang mereka butuhkan adalah pengertian, penjelasan dan pembelajaran dari orang tuanya. Hindari melakukan intervensi pada saat kita masih merasakan emosi,” jelasnya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif