Menurut Ravik, gerakan semacam ini sangat relevan dilakukan oleh semua pemeluk agama yang ada di Indonesia. Sebab, menurut dia, semua kitab suci yang dianut masing-masing agama pada hakikatnya mengajarkan hidup damai dan toleran antarsesama umat manusia.
Ravik membayangkan, kebiasaan membaca kitab suci di setiap hari sejatinya bisa membentuk pribadi bisa memahami, mencintai, lalu mengamalkan ajaran secara lebih saleh dan mendalam.
Dia mencontohkan, umat Islam di lingkungan kampus dapat membuat kelompok untuk menyelesaikan 30 juz Alquran dalam periode waktu tertentu. Tak cuma membaca, mereka juga diminta memahami tafsirnya melalui kelompok kajian."Jika bisa begitu, akan tercipta kesalehan individu dan pada gilirannya berdampak pada kesalehan sosial di lingkungan kampus," ujar Ravik, dalam rilis yang diterima Medcom.id, Jumat 1 Juni 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ini sudah dipraktikkan secara konsisten oleh dosen, tenaga kependidikan dan beberapa mahasiswa di kampus UNS," lanjut dia.
Masyarakat kampus, dalam praktiknya bisa melakukan kegiatan tersebut di manapun. Di UNS, telah menyediakan tempat-tempat ibadah di lingkungan kampus, seperti masjid, gereja, pura dan vihara.
"Sebentar lagi kami juga akan membangun kelenteng. Gerakan ini sekaligus sebagai perwujudan komitmen kami sebagai kampus benteng Pancasila," kata Ravik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)
