Pada pelaksanaan salat Idulfitri tadi pagi, beberapa gereja di Indonesia, salah satunya Gereja Katedral, sengaja mengundurkan jadwal misa lantaran jadwalnya bersamaan. Lahan Gereja Katedral pun jadi lahan parkir para jemaah muslim yang hendak salat di Masjid Istiqlal.
Cendekiawan Katolik Agustinus Ulahayanan, mengatakan tradisi saling menghormati, bertoleransi dan saling berbagi tempat dalam perayaan hari besar keagamaan sudah berlangsung lama. Hal ini sudah menjadi tradisi dan tak terpengaruh pada isu-isu sentimen keagamaan beberapa bulan terakhir.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan dan tidak asing lagi," kata Agustinus di acara Prime Time News Metro TV, Jakarta, Minggu 25 Juni 2017.
(Baca: Tradisi Gereja Katedral saat Salat Id di Istiqlal)
Senada, Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra menyebut keberagaman dan toleransi antarumat beragama di Indonesia merupakan anugerah dan jarang ditemukan di negara lain di dunia. Toleransi tak akan terpengaruh dengan gonjang-ganjing sentimen agama.
"Di kalangan Katolik dan Muslim sudah jadi tradisi saling memfasilitasi. Umat Muslim patut terima kasih pada gereja," kata Azyumardi di kesempatan yang sama.
Baik Azyumardi dan Agustinus keduanya sepakat, jika dinamika situasi nasional dalam beberapa bulan terakhir terutama dampak Pilkada Jakarta bukanlah gesekan antarumat beragama. Hal tersebut lebih dipengaruhi masalah politik.
Menurut Azyumardi, gesekan-gesekan tersebut ditimbulkan antarsesama umat Islam. "Kita sangat toleran, namun terkait politik terjadilah gesekan-gesekan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (HUS)