Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

ILUSTRASI: Patung Presiden Pertama RI, Soekarno, di Situs Penjara Banceuy, Jalan Banceuy, Bandung, Jawa Barat/MI/Ramdani
ILUSTRASI: Patung Presiden Pertama RI, Soekarno, di Situs Penjara Banceuy, Jalan Banceuy, Bandung, Jawa Barat/MI/Ramdani

Soekarno Bicara Alquran

Sobih AW Adnan • 13 Juni 2017 04:03
medcom.id, Jakarta: Peringatan Nuzululquran di Istana Negara tentu bukan tradisi baru. Pun penyampaian sambutan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia. Masing-masing pemimpin telah menorehkan cerita di malam sakral Ramadan hari ke-17 itu.
 
Presiden pertama RI Soekarno, nyaris tak pernah alpa dalam memanfaatkan momentum suci ini untuk menyampaikan gagasan dan harapannya kepada rakyat Indonesia.
 
Dari kumpulan esai Soekarno yang terbundel dalam Bung Karno dan Wacana Islam: Kenangan 100 Tahun Bung Karno (2001), setidaknya ada lima judul pidato yang cukup masyhur dan pernah dibacakan dalam agenda keagamaan tersebut.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Naskah bertema keislaman itu antara lain; Islam, Agama Amal yang disampaikan dalam peringatan Nuzululquran pada 15 Maret 1960, Al-Qur’an Membentuk Manusia Baru (6 Maret 1961), Mencari dan Menemukan Tuhan (12 Februari 1963), Api Islam, Motor Terbesar Umat Manusia (1 Februari 1964), serta Islam adalah Agama Perbuatan (10 Januari 1966).
 
Dalam pidatonya, Bung Karno juga tak sungkan berkisah tentang masa mudanya yang kenyang dengan gemblengan keagamaan.
 
Soekarno dan Alquran
 
Sejarawan Roso Daras, dalam Total Bung Karno: Serpihan Sejarah yang Tercecer (2013), bahkan menyebut Bung Karno-lah orang yang pertama kali mengutip ayat Alquran saat berpidato di hadapan para pemimpin dunia.
 
Di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) XV pada 30 September 1960 itu, dengan suara khasnya yang menggelegar, Soekarno menukil terjemahan QS. Al-Hujarat (49):13.


"Hai, sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia di antara kamu sekalian, ialah yang lebih takwa kepadaKu."


Pidato itu diberi judul To Build the World Anew, 'Membangun Tatanan Dunia yang Baru'. Bung Karno menjelaskan tentang konsep kebangsaan dalam perspektif Islam, agama dengan pemeluk mayoritas di Indonesia.
 
Baca: Menu Sahur Pendiri Bangsa Jelang Proklamasi Kemerdekaan
 
Bapak Proklamator juga memanfaatkan momentum itu untuk mengenalkan Pancasila sebagai ideologi alternatif dunia. Langkah Bung Besar kala itu, disambut riuh tepuk tangan peserta sidang, terutama para pemimpin negara-negara Islam.
 
Memang tak sangsi jika dikatakan kehidupan Soekarno akrab dengan Alquran dan gemblengan keagamaan yang kuat. Apalagi ketika beranjak muda dan menempuh pendidikan menengah di Hoogere Burgerschool (HBS).
 
Soekarno mendapatkan banyak hal tentang Islam dan kebangsaan dari sosok HOS Tjokroaminoto, pendiri sekaligus ketua pertama Sarekat Islam (SI).
 
Islam kontekstual Bung Karno
 
Soekarno tak pernah memungkiri kekuatan dua sumber hukum Islam; Alquran dan hadis. Setidaknya, itu yang bisa ditangkap dari catatan sejarawan Peter Kasenda dalam Bung Karno Panglima Revolusi (2014).
 
Cuma saja, Soekarno ingin agar umat Islam Indonesia tak ragu menyertakan ilmu pengetahuan modern atau sains sebagai instrumen berikutnya. Model keberagamaan seperti ini, disebut Bung Karno sebagai cara berpikir umat yang kontekstual.
 
"Soekarno menjelaskan bahwa ajaran Islam dapat disesuaikan dengan ilmu pengetahuan modern. Seperti pencucian panci yang dijilat anjing, tidak perlu menggunakan tanah, cukup hanya menggunakan kreolin," tulis Peter.
 
Di mata Soekarno, yang paling penting dalam berislam adalah tujuan dari tindakan itu sendiri.
 
Dalam Islam Sontoloyo (1940), Soekarno mengatakan bahwa tata aturan fikih seperti itu bukanlah satu-satunya hal penting dalam berislam. Bung Besar lebih berpendapat bahwa nilai paling substansial yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah ketundukan makhluk di hadapan Tuhannya.
 
"Fikih itu, walaupun sudah kita saring semurni-murninya, belum mencukupi semua kehendak agama. Belum dapat memenuhi syarat-syarat ketuhanan yang sejati, yang juga berhajat kepada tauhid, akhlak, kebaktian ruhani, kepada Allah," tulis dia.
 
Pesan penting Alquran, kata Soekarno, malah seakan-akan mati karena terlalu berpedoman pada aturan-aturan itu.
 
Baca: Alasan Bung Karno Tak Puasa Saat Baca Teks Proklamasi
 
"Karena umat Islam sama sekali tenggelam dalam kitab fikihnya saja, tidak terbang seperti burung garuda di atas udara-udaranya Levend Geloof, yakni udara-udaranya agama yang hidup," tulis Bung Karno masih dalam buku yang sama.
 
Dalam pandangan Soekarno, Alquran banyak menyimpan keselarasan dengan sains dan ilmu pengetahuan modern. Jika terlalu saklek, ia beranggapan Islam hadir dengan wajah yang kaku.
 
Konsep itu juga yang dikembangkan Soekarno dalam pandangan Islam kontekstualnya. Melalui Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara (1940), Bung Karno juga mengkritik kecenderungan sebagian umat Islam yang amat mudah menuduh orang lain sesat ketika dinilai berbeda pendapat dan pandangan.
 
"Kita royal sekali dengan perkataan 'kafir'. Kita gemar sekali mencap segala barang yang baru dengan cap 'kafir'. Pengetahuan Barat kafir; radio dan kedokteran kafir; sendok dan garpu dan kursi kafir; tulisan Latin kafir; yang bergaul dengan bangsa yang bukan bangsa Islam pun kafir!" tulis dia.
 
Kedekatan Soekarno dengan Alquran, ditunjukkan pula ketika ia dijebloskan Pemerintah Kolonial Belanda di penjara Sukamiskin awal 1930-an. Dalam Soekarno: Kuantar ke Gerbang (1981), Ramadan KH menceritakan aktivitas istri Bung Karno, Inggit Garnasih yang diminta membawakan Alquran dan buku-buku keagamaan.
 
Dalam buku itu, dituliskan sebabak ucapan Soekarno kepada Inggid, "Di sini aku menemukan Islam dengan betul-betul dan sungguh-sungguh. Di sini aku menjadi penganut Islam yang sebenarnya."
 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif