Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Ilustrasi: Seorang petugas membersihkan replika Bung Karno di Mueum Proklamasi/ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Ilustrasi: Seorang petugas membersihkan replika Bung Karno di Mueum Proklamasi/ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Menu Sahur Pendiri Bangsa Jelang Proklamasi Kemerdekaan

Sobih AW Adnan • 04 Juni 2017 04:56
medcom.id, Jakarta: Sudah semalaman suntuk rumah Laksamana Tadashi Muda Maeda menjadi tempat berembuk. Jelang waktu sahur pada Jumat, 17 Agustus 1945 itu, barulah Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo rampung merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
 
Sayuti Melik, yang hadir sebagai saksi, diminta mengetik naskah. Sayangnya, tak ada mesin ketik di rumah yang kini dijadikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau Munasprok itu. Kepada Satsuki Mishima, asisten rumah tangga Maeda dan satu-satunya perempuan malam itu, mereka meminta meminjamnya ke kantor militer Jepang.
 
Wanita ini pula, yang kemudian diminta membuatkan nasi goreng untuk sahur Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Subardjo.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saya masih dapat makan sahur di rumah Admiral Mayeda," tulis Hatta dalam Sekitar Proklamasi (1981).
 
Setelah Sayuti Melik selesai merapikan naskah, ada sedikit perdebatan antara Soekarno dan Soekarni yang juga hadir sebagai saksi mewakili golongan muda.
 
Soekarni, menyarankan Bung Besar agar membacakan ikrar kemerdekaan itu di lapangan terbuka, lapangan Ikada.
 
"Rakyat Jakarta dan sekitarnya diserukan berbondong-bondong ke lapangan Ikada untuk mendengarkan proklamasi kemerdekaan," kata Soekarni.
 
"Tidak!" jawab Soekarno. "Lebih baik dilakukan di kediaman saya, Pegangsaan Timur. Pekarangan depan rumah cukup luas untuk ratusan orang. Untuk apa kita memancing insiden?"
 
Sebuah rapat umum yang juga digelar di lapangan umum, menurut Soekarno, akan menimbulkan salah paham. Apalagi tanpa diatur oleh penguasa-penguasa militer.
 
"Bisa terjadi bentrokan antara rakyat dan penguasa militer." Oleh karena itu, "Saya minta saudara sekalian hadir di Pegangsaan Timur 56 sekitar pukul sepuluh pagi," pinta Bung Karno.
 
Tercapai kata sepakat. Sang tuan rumah Laksamana Maeda, mengucapkan selamat kepada semua yang hadir.
 
Menjelang pukul 03.00 dini hari, Hatta menemui beberapa wartawan yang masih bersiaga di depan pintu.
 
"Saudara-saudara sudah bekerja keras, tetapi kuharap tidak keberatan untuk memperbanyak teks proklamasi," kata Hatta sebagaimana dicatat Sergius Sutanto, dalam Hatta: Aku Datang karena Sejarah (2013).
 
Hatta juga meminta para pemuda yang bekerja di Kantor Domei untuk mengawatkan berita proklamasi ke seluruh dunia.
 
Pagi itu jalanan sangat lengang. Pekik "sahur...sahur!" sayup terdengar. Para pendiri bangsa pun bersantap sahur untuk Ramadan hari ke-9 1364 Hijriah. Cuma ada nasi goreng, telur, dan ikan sarden.
 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif