Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Ilustrasi. Sejumlah narapidana (napi) berdiri di depan kamarnya sebelum mengikuti pengajian di pondok pesantren Nurul Hidayah Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Tegal. (foto: ANTARA/Oky Lukmansyah)
Ilustrasi. Sejumlah narapidana (napi) berdiri di depan kamarnya sebelum mengikuti pengajian di pondok pesantren Nurul Hidayah Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Tegal. (foto: ANTARA/Oky Lukmansyah)

Menjemput Hidayah dari Balik Jeruji Besi

23 Mei 2017 16:11
medcom.id, Jakarta: Mendengar kata lapas atau rutan, mayoritas masyarakat akan langsung membayangkan sebuah benteng tertutup yang tidak bisa diakses dunia luar. Berisikan kamar-kamar berjeruji besi tinggi, tempat mereka dikurung sebagai risiko yang harus dibayar setelah melakukan kejahatan.
 
Tapi siapa sangka, di Lapas Banyuasin, Sumatera Selatan, terdapat pondok pesantren tempat para warga binaan mengaji diri dan kembali ke fitrahnya sebagai manusia yang beragama.
 
Pesantren ini diberi nama Nurul Hidayah. Tempat warga binaan kembali menimba ilmu agama untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Konsep kami berbaik sangka pada mereka. Apapun latar belakangnya mereka adalah bagian keluarga sehingga kami melaksanakan pembinaan ini tulus dari hati ke hati," ujar Kepala Bidang Pembinaan dan Pendidikan Lapas Banyuasin Adhi Kesuma, dalam Newsline, Selasa 23 Mei 2017.
 
Adhi megatakan awalnya warga binaan merasa terpaksa ikut menjadi bagian dari pesantren. Namun hal itu tak berlangsung lama, beberapa bulan setelah bergabung dengan pesantren para warga binaan justru menempatkan pesantren sebagai kebutuhan.
 
Dampaknya, meskipun tingkat stres para warga binaan tinggi namun suasana di dalam lapas tetap kondusif. Program zikir, salat lima waktu, mengaji Alquran dan kitab membuat hidup para warga binaan menjadi lebih tenang.
 
Harun, salah seorang warga binaan yang juga santri Nurul Hidayah, mengaku selama 8 bulan berada di lapas, dia dan warga binaan lain mendapatkan pelajaran kehidupan dan akhlak yang harus dijalankan.
 
"Semula memang terpaksa tapi keterpaksaan itu menjadi keberkahan, kesenangan dan ingin kami terapkan sampai akhir hayat kami," kata Harun.
 
Harun yang merasa tak lagi dipandang sebagai penghuni penjara ini bertekad, setelah bebas dari hukuman kurungan, dia akan memperbaiki kesalahan yang telah dibuat. Terutama di hadapan keluarga.
 
"Saya ingin membuktikan bahwa ada saatnya manusia harus berhenti dari segala kemaksiatan dan kembali ke jalan yang benar," ungkap Harun.
 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(MEL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif