Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Alquran beraksara Jawa. (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati)
Alquran beraksara Jawa. (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati)

Alquran dengan Terjemahan Aksara Jawa

Pythag Kurniati • 06 Juli 2015 12:34
medcom.id, Solo: Pada zaman Pakubuwono X, seorang kyai mengalihbahasakan terjemahan Alquran ke dalam bahasa Jawa. Uniknya, Alquran ini pun ditulis dengan menggunakan aksara Jawa.
 
Alquran yang awalnya berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa dan aksara Jawa oleh Kyai Bagus Ngarpah yang merupakan ulama di zaman Pakubuwono X. Alquran itu kemudian ditulis oleh Ki Rono Suboyo dan disempurnakan oleh Ngabehi Pustaka selaku abdi dalem mantri Radya Pustaka.
 
Alquran dengan terjemahan aksara Jawa ini masih dapat dinikmati keberadaannya di Museum Radya Pustaka, Solo, meskipun kondisi kertasnya sudah hampir lapuk.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Karena sangat tua jadi kondisi kertasnya sangat rentan, maka Alquran ini juga akan diikutkan dalam proses digitalisasi,” ungkap Totok Yasmiran, penerjemah di Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, Senin (6/7/2015).
 
Bagaimana isi Alquran dengan terjemahan bahasa Jawa?
 
Jika dalam Alquran berbahasa arab bunyi 'Bismillaahirrahmaannirahiim' diterjemahkan menjadi 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang', pada Alquran berbahasa Jawa diterjemahkan menjadi ‘Awit ingkang asma Alloh Kang Maha Murah tur Kang Maha Asih’ dan ditulis dengan aksara Jawa.
 
Alquran berusia ratusan tahun ini terdiri dari 3 jilid. Masing-masing jilid terdiri dari 10 juz. Totok mengungkapkan, dahulu Alquran ini sempat mengundang kontroversi sebab ada pihak yang tidak menyetujui diterjemahkannya Alquran ini ke dalam bahasa Jawa karena dianggap mengubah Alquran.
 
“Hingga ada pihak yang menengahi, Dr. Rajiman Mangun Husada mengatakan bahwa tujuan alih bahasa ini tak lain hanya supaya masyarakat Jawa pada saat itu mengerti makna Alquran dan untuk dakwah Islam sehingga tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi,”tuturnya.
 
Totok Yasmiran mengatakan bahwa banyak masyarakat yang tak mengetahui keberadaan Alquran ini. Kebanyakan dari mereka yang datang adalah mahasiswa yang melakukan penelitian, sementara masyarakatnya sendiri jarang ada yang berkunjung ke museum ini.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(MEL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif