Di kota ini, Masjidil Haram begitu megah berdiri. Ada pula bangunan suci berbentuk kubus bernama Kakbah, poros kiblat bagi muslim di seluruh dunia.
Sebagai kota kelahirannya, Rasulullah Muhammad SAW amat mencintai Mekkah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Hibban, Nabi bersabda;
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Alangkah baiknya engkau (Mekkah) sebagai sebuah negeri. Dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu."
Baca: [Kisah] Cinta Nabi kepada Negeri
Mekkah, bukan kota baru. Ia memiliki sejarah cukup panjang yang menyimpan banyak cerita dari masa ke masa.
Bermula dari lembah tandus
Mekkah, mulanya sekadar tempat singgah bagi para pejalan yang melintasi Jazirah Arab. Tak berpenghuni. Tak adanya sumber air yang layak, membuat orang-orang enggan berada lebih lama di lembah tandus itu.
Dalam Mecca the Blessed, Medina the Radiant: The Holiest Cities of Islam (2013), Seyyed Hossein Nasr menyebut bangsa Arab sudah gemar mengarungi gurun sejak 1000 SM.
"Mereka berjalan menggunakan unta sambil membangun kawasan hunian seperti Aram dan Ebirin di utara Jazirah," tulis Nasr.
Setelah sekian lama cuma jadi tempat mampir, baru kemudian seorang perempuan bernama Siti Hajar menjadi penghuni pertama Kota Mekkah. Tentu, setelah ia dan putranya yang masih kecil, Ismail berhasil menemukan sumber air bernama Zamzam.
Siti Hajar merupakan istri Nabi Ibrahim AS. Usai keberhasilannya menemukan Zamzam, barulah Mekkah memiliki daya tarik. Air, dalam budaya masyarakat gurun waktu itu dianggap jauh lebih menggiurkan dibanding berlian yang tergeletak di atas pasir.
Baca: Menemukan Kembali Zamzam yang Hilang
Guru Besar Sejarah Islam di 'Ain Shams University, Kairo, Mesir, Ali Husni Al Kharbuthli, dalam Tarikh Ka'bah (2004) menuliskan, suku pertama yang bersikeras turut tinggal di Mekkah bernama kabilah Jurhum.
"Kabilah Jurhum yang sering melewati lembah itu datang dan meminta izin kepada Hajar untuk tinggal bersama. Siti Hajar pun mengizinkan," tulis Ali.
Mekkah, makin hidup dengan kedatangan keluarga dari suku yang cukup tua itu. Setelah Nabi Ismail tumbuh dewasa dan Ibrahim pulang dari Palestina, mereka mendirikan Kakbah yang mebuat Mekkah makin diminati.
Suku-suku lain pun datang ke Mekkah, menyusul inisiatif Jurhum.
Penyucian Kakbah
Beberapa puluh dekade kemudian, Mekkah kian ramai namun dengan risiko kesucian Kakbah jadi terancam.
Bangunan yang semula dipersembahkan untuk ibadah para hunafa, para penganut ajaran tauhid warisan Nabi Ibrahim, mulai dikotori dengan penyertaan berhala di dalam dan di luar bangunan suci itu.
Hossein Nasr mengatakan, peristiwa ini yang pada akhirnya membuat penganut kepercayaan Nabi Ibrahim, termasuk umat Yahudi saat itu enggan mengunjungi Kakbah lagi.
"Meski tidak ada perubahan bangunan secara fisik," tulis Nasr masih dalam buku yang sama.
Kakbah yang ternoda, menjadikan bangsa Khuzuah berkepentingan untuk kembali membersihkan Kakbah dari keberadaan berhala. Suku keturunan Nabi Ismail itu mengusir dan memerangi suku-suku pembawa berhala, termasuk kabilah Jurhum.
"Sekitar abad ke-5 Masehi, hadir pula suku bangsa Ismailiyah lainnya, yakni Quraisy. Suku yang melahirkan Nabi Muhammad SAW," tulis Nasr.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)
