medcom.id, Jakarta: Madhad bin Amru al-Jurhumi, penguasa Mekkah itu merasa kewalahan menghadapi gempuran musuh-musuhnya. Dengan mengandalkan sisa tenaga yang dimiliki, Mahdad berniat menghilangkan jejak serta mengamankan sebagian hartanya. Beberapa patung emas, pedang, dan beragam benda berharga lainnya ia ceburkan ke dalam sumur, setelah itu diuruk dengan panasnya pasir Jazirah Arab.
Dalam buku Sejarah Kakbah: Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk Dimakan Zaman, Profesor Ali Husni mengisahkan tentang Zamzam yang pernah menghilang. Peristiwa itu terjadi pada berabad-abad sebelum kelahiran Rasulullah Muhammad. Sebagai sumur yang sebelumnya paling diandalkan, hilangnya Zamzam akhirnya menuntut setiap suku memiliki sumurnya sendiri.
"Mereka tidak bisa mengandalkan curah hujan, bahkan sungai pun tak ada," tulis Ali Husni.
Baca juga: Kala Haji Tak Boleh Langsung ke Mekkah
Sumur-sumur baru
Masing-masing klan mulai menggali untuk keluarga besarnya sendiri. Bani Tamim bin Marrah menggali sebuah sumur yang kemudian diberi nama Jufur. Abdusy Syam bin Abdi Manaf membuat sumur at-Thua. Sementara Hasyim bin Abdi Manaf menggali sumur Badzar. Sayangnya, hampir semua berpendapat bahwa keberadaan puluhan sumur baru di Mekkah dan sekitarnya itu tidak ada yang mampu mengimbangi segarnya Zamzam.
"Nama Zamzam digunakan karena airnya yang melimpah," tulis dia.
Munculnya sumur-sumur baru menjadikan masyarakat Arab hidup bercerai berai. Belum lagi, tidak semua pemilik sumur menyilakan warganya untuk mengambil air secara cuma-cuma. Terkecuali seperti sumur al-Ajul yang digali Qushay bin Ka'ab. Ia merelakan airnya diambil siapa saja.
"Tapi ketika Abdi Manaf bin Qushay tumbuh dewasa, seorang dari Bani Ja'il jatuh ke dalam sumur tersebut. Setelah itu mereka tak menggunakannya lagi," tulis Ali.
Mimpi Abdul Muthalib
Setelah berpuluh tahun kebutuhan air di Mekkah dan sekitarnya semakin sulit dipenuhi, seorang pemuka Mekkah Abdul Muthalib bermimpi tentang perintah mencari kembali keberadaan Zamzam. Mimpi itu berulangkali mengampiri kakek Nabi. Hingga sekali waktu ia bertekad untuk menuruti apa yang tersirat dalam mimpinya.
"Abdul Muthalib bermimpi didatangi seseorang. Ia berkata:'Galilah Zamzam!, letaknya di bawah kotoran binatang dan darah. Ada di paruh gagak tuli, di sarang semut," tulis Ali.
Mimpi itu ditafsiri Abdul Muthalib sebagai kode petunjuk keberadaan Zamzam. Kotoran dan darah dimaknainya sebagai simbol air yang mengenyangkan dan menyembuhkan penyakit. Paruh gagak yang tuli merujuk istilah untuk penduduk Habasyah yang pernah menghancurkan Kakbah. Sementara sarang semut menandakan bahwa Zamzam akan segera kembali ditemukan dan dikerumuni banyak orang.
Abdul Muthalib pamit kepada istrinya untuk mulai mengurai petunjuk-petunjuk tersebut. Pertama yang dilakukannya adalah menggelar kurban besar-besaran, ia juga membagikan banyak makanan.
Abdul Muthalib kembali merenungi mimpinya. Ia yakin betul, titik lokasi Zamzam terletak di antara dua berhala Aslaf dan Nailah. Dengan ditemani seorang putranya, Abdul Muthalib mulai menggali di lokasi yang dianggap suci oleh banyak orang ini.
"Sungguh, kami tidak akan membiarkanmu menggali di antara dua berhala tempat kami berkurban ini," ujar dari pewakilan suku penyembah berhala.
Namun dengan kapak dan peralatan sederhana yang dibawa, Abdul Muthalib meneruskan pekerjaan menggalinya. Tak sampai memakan waktu lama, kakek Nabi itu menemukan patung rusa. Abdul Muthalib bertakbir, lalu pada kedalaman berikutnya, ditemukan lagi patung rusa berbahan emas lainnya, juga pedang dan sejumlah harta yang konon milik penguasa Mekkah di masa lampau.
Lantas, di setahap berikutnya, air segar memancar deras. Zamzam yang hilang kembali ditemukan.
medcom.id, Jakarta: Madhad bin Amru
al-Jurhumi, penguasa Mekkah itu merasa kewalahan menghadapi gempuran musuh-musuhnya. Dengan mengandalkan sisa tenaga yang dimiliki, Mahdad berniat menghilangkan jejak serta mengamankan sebagian hartanya. Beberapa patung emas, pedang, dan beragam benda berharga lainnya ia ceburkan ke dalam sumur, setelah itu diuruk dengan panasnya pasir Jazirah Arab.
Dalam buku
Sejarah Kakbah: Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk Dimakan Zaman, Profesor Ali Husni mengisahkan tentang Zamzam yang pernah menghilang. Peristiwa itu terjadi pada berabad-abad sebelum kelahiran Rasulullah Muhammad. Sebagai sumur yang sebelumnya paling diandalkan, hilangnya Zamzam akhirnya menuntut setiap suku memiliki sumurnya sendiri.
"Mereka tidak bisa mengandalkan curah hujan, bahkan sungai pun tak ada," tulis Ali Husni.
Baca juga: Kala Haji Tak Boleh Langsung ke Mekkah
Sumur-sumur baru
Masing-masing klan mulai menggali untuk keluarga besarnya sendiri. Bani Tamim bin Marrah menggali sebuah sumur yang kemudian diberi nama Jufur. Abdusy Syam bin Abdi Manaf membuat sumur
at-Thua. Sementara Hasyim bin Abdi Manaf menggali sumur
Badzar. Sayangnya, hampir semua berpendapat bahwa keberadaan puluhan sumur baru di Mekkah dan sekitarnya itu tidak ada yang mampu mengimbangi segarnya Zamzam.
"Nama Zamzam digunakan karena airnya yang melimpah," tulis dia.
Munculnya sumur-sumur baru menjadikan masyarakat Arab hidup bercerai berai. Belum lagi, tidak semua pemilik sumur menyilakan warganya untuk mengambil air secara cuma-cuma. Terkecuali seperti sumur
al-Ajul yang digali Qushay bin Ka'ab. Ia merelakan airnya diambil siapa saja.
"Tapi ketika Abdi Manaf bin Qushay tumbuh dewasa, seorang dari Bani Ja'il jatuh ke dalam sumur tersebut. Setelah itu mereka tak menggunakannya lagi," tulis Ali.
Mimpi Abdul Muthalib
Setelah berpuluh tahun kebutuhan air di Mekkah dan sekitarnya semakin sulit dipenuhi, seorang pemuka Mekkah Abdul Muthalib bermimpi tentang perintah mencari kembali keberadaan Zamzam. Mimpi itu berulangkali mengampiri kakek Nabi. Hingga sekali waktu ia bertekad untuk menuruti apa yang tersirat dalam mimpinya.
"Abdul Muthalib bermimpi didatangi seseorang. Ia berkata:'Galilah Zamzam!, letaknya di bawah kotoran binatang dan darah. Ada di paruh gagak tuli, di sarang semut," tulis Ali.
Mimpi itu ditafsiri Abdul Muthalib sebagai kode petunjuk keberadaan Zamzam. Kotoran dan darah dimaknainya sebagai simbol air yang mengenyangkan dan menyembuhkan penyakit. Paruh gagak yang tuli merujuk istilah untuk penduduk Habasyah yang pernah menghancurkan Kakbah. Sementara sarang semut menandakan bahwa Zamzam akan segera kembali ditemukan dan dikerumuni banyak orang.
Abdul Muthalib pamit kepada istrinya untuk mulai mengurai petunjuk-petunjuk tersebut. Pertama yang dilakukannya adalah menggelar kurban besar-besaran, ia juga membagikan banyak makanan.
Abdul Muthalib kembali merenungi mimpinya. Ia yakin betul, titik lokasi Zamzam terletak di antara dua berhala Aslaf dan Nailah. Dengan ditemani seorang putranya, Abdul Muthalib mulai menggali di lokasi yang dianggap suci oleh banyak orang ini.
"Sungguh, kami tidak akan membiarkanmu menggali di antara dua berhala tempat kami berkurban ini," ujar dari pewakilan suku penyembah berhala.
Namun dengan kapak dan peralatan sederhana yang dibawa, Abdul Muthalib meneruskan pekerjaan menggalinya. Tak sampai memakan waktu lama, kakek Nabi itu menemukan patung rusa. Abdul Muthalib bertakbir, lalu pada kedalaman berikutnya, ditemukan lagi patung rusa berbahan emas lainnya, juga pedang dan sejumlah harta yang konon milik penguasa Mekkah di masa lampau.
Lantas, di setahap berikutnya, air segar memancar deras. Zamzam yang hilang kembali ditemukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)