medcom.id, Jakarta: Pergi berhaji tentu ke Mekkah, Arab Saudi. Kota suci tempat Nabi Muhammad kali pertama mengenalkan Islam ini menjadi pusat pelaksanaan rangkaian haji selain di Madinah dan Jeddah. Saking sucinya kota haram itu, orang-orang Islam masa kejayaan Nusantara banyak yang tidak diperkenankan langsung menginjakkan kakinya di Mekkah sebelum benar-benar memiliki hati yang suci dan memahami makna haji secara sebenar-benarnya.
Sejarawan Islam Nusantara Agus Sunyoto mengatakan tradisi ini dimulai sejak awal penyebaran Islam di Nusantara. Ketabuan melaksanakan ibadah haji langsung ke Mekkah ini dimulai dari para tokoh penyebar Islam di tanah Jawa melalui nasihat masing-masing gurunya.
"Catatan dalam naskah kuno menyebut Sunan Giri dan Sunan Bonang pernah naik haji hingga ke Pasai di Aceh. Sunan Kalijaga juga dikisahkan pernah naik haji hingga ke Pasai di Aceh. Dari Pasai kembali ke Jawa karena mengikuti petunjuk Syekh Maulana Ishak agar Sunan Giri dan Sunan Bonang memahami ilmu hakikat haji dan tidak sekadar berhaji tanpa tahu makna sebenarnya haji," kata Agus saat dihubungi Metrotvnews.com, Selasa (30/8/2016).
Agus menduga, tradisi ini kemudian lambat laun menjelma istilah manasik yang dilakukan calon haji sebelum berangkat ke Tanah Suci. Hanya saja, kata dia, manasik haji sebagian besar hanya ditujukan untuk mengenalkan ragam teknis calon haji. Bukan secara spiritual yang mendalam.
"Sunan Bonang dan Sunan Giri diperintahkan mengamalkan wirid (zikir) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan terlebih dahulu mencapai istilah haji nurani," kata kiai yang juga penulis buku Atlas Walisongo tersebut.
Selain pendalaman spiritual pra haji, jemaah asal Nusantara juga kerap mengganti namanya dengan mengadopsi nama Islam sepulang mereka berhaji. Meski begitu, nama asal mereka tidak lantas dibuang dan tidak dipakai lagi. Nama haji hanya dijadikan sebagai penyempurna keimanan seseorang waktu itu.
"Misalnya, Pangeran Walangsungsang Cakrabuana, Raja Cirebon naik haji dan mengganti nama Haji Abdullah Iman," kata dia.
medcom.id, Jakarta: Pergi berhaji tentu ke Mekkah, Arab Saudi. Kota suci tempat Nabi Muhammad kali pertama mengenalkan Islam ini menjadi pusat pelaksanaan rangkaian haji selain di Madinah dan Jeddah. Saking sucinya kota haram itu, orang-orang Islam masa kejayaan Nusantara banyak yang tidak diperkenankan langsung menginjakkan kakinya di Mekkah sebelum benar-benar memiliki hati yang suci dan memahami makna haji secara sebenar-benarnya.
Sejarawan Islam Nusantara Agus Sunyoto mengatakan tradisi ini dimulai sejak awal penyebaran Islam di Nusantara. Ketabuan melaksanakan ibadah haji langsung ke Mekkah ini dimulai dari para tokoh penyebar Islam di tanah Jawa melalui nasihat masing-masing gurunya.
"Catatan dalam naskah kuno menyebut Sunan Giri dan Sunan Bonang pernah naik haji hingga ke Pasai di Aceh. Sunan Kalijaga juga dikisahkan pernah naik haji hingga ke Pasai di Aceh. Dari Pasai kembali ke Jawa karena mengikuti petunjuk Syekh Maulana Ishak agar Sunan Giri dan Sunan Bonang memahami ilmu hakikat haji dan tidak sekadar berhaji tanpa tahu makna sebenarnya haji," kata Agus saat dihubungi
Metrotvnews.com, Selasa (30/8/2016).
Agus menduga, tradisi ini kemudian lambat laun menjelma istilah manasik yang dilakukan calon haji sebelum berangkat ke Tanah Suci. Hanya saja, kata dia, manasik haji sebagian besar hanya ditujukan untuk mengenalkan ragam teknis calon haji. Bukan secara spiritual yang mendalam.
"Sunan Bonang dan Sunan Giri diperintahkan mengamalkan wirid (zikir) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan terlebih dahulu mencapai istilah haji nurani," kata kiai yang juga penulis buku
Atlas Walisongo tersebut.
Selain pendalaman spiritual pra haji, jemaah asal Nusantara juga kerap mengganti namanya dengan mengadopsi nama Islam sepulang mereka berhaji. Meski begitu, nama asal mereka tidak lantas dibuang dan tidak dipakai lagi. Nama haji hanya dijadikan sebagai penyempurna keimanan seseorang waktu itu.
"Misalnya, Pangeran Walangsungsang Cakrabuana, Raja Cirebon naik haji dan mengganti nama Haji Abdullah Iman," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)