Sepanjang perjalanannya lebih dari 400 tahun, masjid itu menjadi saksi sejarah mulai perkembangan Islam di Banten hingga modernisasi masyarakat di sekitarnya.
Salah satu bukti perjalanan waktu tampak di halaman masjid berupa area permakaman umum. Permakaman telah ada bersamaan berdirinya masjid.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ukuran permakaman tak luas, hanya beberapa ratus meter persegi. Namun, jumlah umat Muslim yang dimakamkan di dalamnya sudah tak terhitung.
"Jadi ini sudah memgalami dua kali urugan. Jadi ditumpuk," kata Dewan Penasihat Masjid Jami Kali Pasir Achmad Sjairodji di Tangerang, Rabu 7 Juni 2017.

Makam pendiri Masjid Jami Kali Pasir/MTVN/Lis Pratiwi
Tanah makam merupakan wakaf para pendiri masjid. Sjairodji mengaku tak tahu siapa yang pertama kali dimakamkan di sini. Tetapi, kini siapa pun boleh menjadikan tanah ini tempat persemayaman terakhir.
Tak hanya warga sekitar, di pemakaman terdapat pula makam tokoh-tokoh bersejarah seperti makam putra Raden Wahyu Pena yang merupakan Bupati Ketiga Kota Tangerang, Raden Ahyat Pena dan keluarganya seperti Patih Pena, Ajub Pena, dan Iskak Pena.

Makam keluarga Bupati ketiga Tangerang Raden Ahyat Pena/MTVN/Lis Pratiwi
Selain itu, terdapat 12 makam tertua, tiga makam dari keturunan Kerajaan Padjadjaran, dan enam makam keturunan Raja Sumedang dari Pangeran Geusan Ulun, sebagai raja kedelapan atau terakhir.
Sementara itu, tiga lainnya merupakan makam istri Raja Banten ke-6 Sultan Agung Tirtayasa, yaitu Nyi Raden Uria Negara, makam tokoh Palang Merah Indonesia yang ikut bergerilya di Balaraja yaitu Nyi Raden Juhariah, dan makam pengurus pesantren perempuan pertama di Banten yakni Hajah Murtapiah.
"Jadi ada tiga makom (tingkatan) di makam ini. Pertama, pendiri masjid (keturunan Kerajaan Padjadjaran), kedua ulama, ketiga pemimpin," kata Sjairodji yang masih keturunan Hajah Murtapiah.
Sjairodji mengaku warga sekitar sendiri banyak yang berziarah ke makam di kawasan Masjid Kali Pasir. Peziarah justu datang dari luar kota. Bahkan, ada yang datang karena disuruh berziarah ke sini oleh penjaga makam di kota lain.
"Ada yang pas mau ziarah ke Cirebon sama penjaga makamnya disuruh ke sini dulu, akhirnya datang," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (OJE)