Tokyo Camii terletak tak jauh dari pusat keramaian, Shinjuku dan Harajuku. Tokyo Camii berdiri megah dengan menara menjulang tinggi dan kubah yang mengesankan serta berbeda dari arsitektur bangunan di sekitarnya.

Tokyo Camii (Nippon.com)
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Camii berasal dari bahasa Turki, berarti masjid, mengacu sebagai pusat jemaah sebagai pusat berkumpulnya umat muslim untuk salat Jumat. Jika dilihat, Tokyo Camii memiliki arsitektur serupa dengan Masjid Biru yang terkenal di Istanbul, Turki.
Masjid yang bernuasa putih itu, dibangun selama satu tahun. Segala perabot, beton, baja, dan hiasan kaca dibawa dari Turki. Sebanyak seratusan pekerja Turki berjibaku, membangun masjid tersebut. Masjid terbesar di Tokyo itu tampak makin megah, dengan beralaskan karpet warna biru dengan motif berwarna merah.
Di setiap dinding masjid dan atap kubah terdapat kaligrafi, yang bertuliskan 99 nama Asmaul Husna dan nama nabi Muhammad SAW juga pengikutnya. Tokyo Camii kian megah dan apik, saat pagi dan sore hari lantaran sinar matahari yang masuk menembus ornamen kaca patri yang penuh warna.

Interior Tokyo Camii. (Nippon.com)
Keberadaan agama Islam di Jepang, kian berkembang secara perlahan. Sehingga tidak berlebihan jika menyebut bahwa Islam sudah berada di depan pinu Jepang. Imam Tokyo Camii, Nurullah Ayaz, mengatakan ingin agar orang jepan bisa nyaman dan menerima keberadaan masjid di negara matahari terbit itu.
"Kami mencoba untuk memberikan pengunjung penjelasan sederhana tentang Islam. Kami memberi mereka penjelasan tentang etiket ketika mengunjungi masjid. Misalnya, wanita menutupi kepala mereka dengan syal (jilbab) sebelum mereka memasuki masjid. Kami memiliki syal yang tersedia di pintu masuk bagi orang untuk menutupi rambut mereka dan setiap kulit yang tidak tertutup. Pria tidak bisa masuk masjid dengan celana pendek yang mengekspos kaki. Dan orang-orang harus menahan diri dari percakapan saat doa sedang berlangsung. Fotografi tidak diperbolehkan tanpa izin khusus. Jika tidak, tidak ada yang harus dikawatirkan," jelasnya dilansir dari Nippon.
Nurullah menyebut, berkembangnya komunitas muslim di Jepang dimulai pada abad 20. Masjid pertama di Tokyo dibangun oleh Kelompok Tartars yakni kelompok asli Asia yang datang ke Jepang sebagai pengungsi akibat Revolusi Rusia pada 1917 melalui Siberia dan Tiongkok.
Mereka kemudian membangun sekolah muslim, setelah mendapat izin dari Pemerintah Jepang pada 1928 dan sekolah resmi baru dibuka pada 1935.
"Masjid pertama selesai dibangun selang tiga tahun kemudian atau tepatnya pada 1938," pungkas Ayaz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (LDS)
