Keluarga besar Faisal berasal dari Timor Leste. Mulanya, dia tidak punya ketertarikan sama sekali dengan agama Islam. Niatnya baru tumbuh setelah sepupu jauhnya yang lebih dulu berislam terlihat memiliki perilaku yang kian baik.
"Malah, dulunya saya sangat membenci Islam. Kemudian saya bertemu kakak sepupu, kok dia sekarang sopan sekali bicaranya. Kelakuannya berubah total (setelah masuk Islam)," kata Faisal, remaja yang kini menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Soebono Mantofani, Ciputat, Tangerang Selatan tersebut pada Rabu, 8 Mei 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Lantaran penasaran, Faisal pun tak segan menanyakan langsung ihwal tekadnya memperbaiki akhlak. Namun setelah sepupunya menjawab dengan ajakan masuk Islam, Faisal menolak.
"Tapi setelah itu saya makin gundah. Dorongan saya untuk bisa hidup lebih baik justru semakin kencang," aku dia.
Faisal mengaku, saat itu ia sudah berada di titik jenuh. Kesehariannya, tak lepas dari mabuk-mabukan dan seabrek aneka kemaksiatan lainnya.
Hidayah membebaskan penderitaan
Kehidupan yang semrawut tidak hanya dialami Faisal saat dewasa. Ia menceritakan, nama tengahnya berupa kata "sengsara" pun bukan muncul tanpa sebab. Saat ia lahir, keluarganya tengah berada dalam cobaan berat hingga menyeret ayahnya menjalani hukuman di penjara.
Makin dihadapkan pada kenyataan tak menguntungkan, maka kian brutal pula kehidupan yang dijalani Faisal. Hingga sekali waktu sepupu jauhnya itu kembali menemui dan menawarkan ulang agar Faisal masuk Islam.
"Akhirnya saya pun mau masuk Islam. Tapi, ini bukan tanpa risiko. Karena sudah pasti akan mendapatkan protes dari keluarga," ujar dia.
Dugaan Faisal benar. Ketika ia meminta izin untuk berpindah keimanan, orang tuanya langsung menentang. Tapi, Faisal terus merayu bahwa apa yang akan ditempuhnya merupakan keyakinan final. Dia mengatakan kepada keluarganya bahwa hal tersebut adalah satu-satunya cara untuk bisa hidup lebih baik.
Tidak tanggung-tanggung, Faisal melafalkan kalimat sahadat di depan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia saat itu, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi. Setelah itu, Faisal mengaku hari-harinya langsung terbebas dari penderitaan dan dipenuhi rasa damai.
"Saya merasa lebih tenang dan dekat dengan Sang Pencipta," kata dia.
Kini, Faisal terus mendalami pengetahuan agamanya di Pondok Pesantren An Naba Ciputat. Bukan hanya bacaan salat, sekarang Faisal sudah lulus menghafal juz ke-30 dalam Alquran yang menjadi ciri khas pembelajaran awal di pesantren tersebut.
"Yang berat itu belajar puasa. Terutama, untuk menahan hawa nafsu dan emosi. Selebihnya, saya merasa sangat tenang dan damai meski harus jauh dari keluarga," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)