Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Muslim di India buka puasa bersama di Masjid Jama, New Delhi, 12 Juli 2015. AFP Photo/Chandan Khanna
Muslim di India buka puasa bersama di Masjid Jama, New Delhi, 12 Juli 2015. AFP Photo/Chandan Khanna

Khazanah Ramadan di Kota Seribu Wali

Tri Kurniawan • 13 Juli 2015 11:32
medcom.id, Tarim: Imam Abdullah El-Rashied, mahasiswa asal Indonesia di Imam Shafie College, Hadramaut, Yaman, mendapat kesempatan mengisi libur kuliah di Kota Tarim pada Ramadan tahun ini. Kota ini dikenal dengan sebutan Kota Seribu Wali.
 
Dari kota ini terlahir ribuan wali, bahkan tercatat di Pemakaman Zanbal, Furaith dan Akdar telah terpendam 10 ribu jasad wali dan 80 wali qutub (puncak derajat kewaliaan/pimpinan para wali).
 
Luas Kota Tarim tak ubahnya luas satu kecamatan di Indonesia. Walau terbilang sangat kecil, kota ini memiliki sekitar 367 masjid. Menurut Imam, jarak dari masjid ke masjid beberapa puluh meter, bahkan ada yang berdempetan satu sama lain.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Jadi, kalau dalam satu hari kita salat di satu masjid, maka selama satu tahun penuh kita akan salat di masjid yang berbeda-beda dengan sajian arsitektur yang berbeda pula.
 
Menjelang memasuki bulan suci Ramadan, warga Tarim mengadakan pengajian untuk tarhib atau menyambut kedatangan tamu agung yaitu bulan Ramadan.
 
Ketika sudah memasuki Ramadan maka keadaan di Tarim secara khusus dan Yaman secara umum berubah 180 derajat. Siang menjadi malam dan malam menjadi siang.
 
Menurut cerita Imam, aktivitas jual-beli dan transaksi lainnya biasa dilaksanakan pada malam hari sampai menjelang terbitnya fajar. Pasar dan aneka toko, baik toko sembako, sandang dan papan, buku, dan lain-lain semuanya buka di malam hari.
 
Hanya sedikit yang bisa dijumpai di siang hari khususnya selepas salat Subuh sampai Zuhur karena pada waktu ini adalah waktunya orang-orang beristirahat (tidur).
 
Ada hal yang membedakan Kota Tarim dengan semua kota Islam yang ada di belahan bumi mana pun. Kota ini tak seperti kota lainnya dalam hal pelaksanaan salat Tarawih. Biasanya, pelaksanaan salat Tarawih secara serentak sekitar pukul 19.30 atau 20.00 waktu setempat, tapi beda halnya dengan Kota Tarim di mana pelaksanaaan salat Tarawih tiap masjid berbeda dan terbentang mulai dari masuknya waktu salat Isya sampai setengah jam menjelang masuknya waktu salat Subuh.
 
Contohnya, di Masjid Jamal Al-Lail, Masjid Sahl, dan Masjid Al-Birr misalnya, konsisten menggelar salat Tarawih pukul 21.00 sampai 22.00 waktu setempat. Masjid Ba'alawy dimulai pukul 23.00. Disusul berikutnya oleh Masjid Al-Muhdhar pada pukul 00.30.
 
Sedangkan Masjid Jami' Tarim, yang merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat setempat, baru memulai Tarawih pada pukul 01.30 dan berakhir pukul 02.30 waktu setempat.
 
Jadi, dalam semalam seseorang bisa salat Tarawih sampai 100 rakaat kalau ia mau dan mampu, karena Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah membatasi jumlah bilangan rakaat Tarawih.
 
Hanya saja sejak masa Khalifah Umar Bin Khattab sampai pada masa para Imam Madzhab, Tarawih dengan berjamaah di masjid dilakukan dengan bilangan 20 rakaat dan ini yang berlangsung di Masjidil Haram sampai sekarang.
 
Di Madinah dilakukan sebanyak 36 atau 46 rakaat ditambah 3 rakaat Witir dan inilah Madhazbnya Imam Malik. Sedangkan Habib Umar Hafiz sendiri mengambil tiga jadwal salat Tarawih atau 60 rakaat.
 
"Kami, mahasiswa Fakultas Ilmu Syariah Imam Shafie College hanya mengambil jadwal Tarawih di Masjid Baalawy," kata Imam.
 
Masa puasa di Kota Tarim dimulai dari pukul 03.50 sampai pukul 18.22 atau sekitar 14 jam 30 menit. Sedangkan cuaca di Kota Tarim begitu juga di kota-kota sepanjang bentangan Jazirah Arab semuanya sedang dalam suhu yang sangat panas.
 
Saat buka puasa, Imam dan mahasiswa lain asal Indonesia biasanya hanya menyantap kue sambosa, bahomri, kentang goreng dan jenis-jenis gorengan lainnya yang ditemani oleh segelas ashir (jus atau sirup). Mereka akan makan malam menjelang atau setelah Tarawih.
 
Di Kota Tarim ada kebiasaan buka bersama yang diadakan oleh keluarga besar di masing-masing kampung dengan jadwal berbeda di tiap kampungnya.
 
Karena kota ini adalah kota peradabaan Islam sebagaimana dinobatkan oleh UNESCO pada 2010, maka ketika memasuki Ramadan kajian ilmiah setiap selesai Ashar digelar di hampir semua Masjid di Kota Tarim.
 
Sejak satu sampai 20 hari Ramadan, Imam mengaji tiga sampai emat mata pelajaran, tak jarang pula ada pelajaran tambahan setelah salat Tarawih sampai menjelang waktu sahur.
 
Di sisi lain setiap selepas shalat Subuh sampai waktu Isyraq (terbitnya matahari sampai setinggi ujung tombak), ia membaca Alquran bersama lima atau tujuh orang secara bergantian. Satu orang satu halaman tak ubahnya tadarus di Indonesia.
 
Ada kegiatan yang juga menjadi ciri khas di Kota Tarim, yaitu khataman Alquran. Seperti halnya salat Tarawih, untuk khataman Alquran setiap masjid juga mempunyai jadwal tersendiri. Seperti Musala Ahlul Kisa' di Darul Musthofa biasa mengadakan khataman setiap malam ke-17 Ramadan.
 
Begitu juga tempat khataman Alquran yang tak kalah meriahnya adalah Masjid As-Segaf yaitu pada tanggal 25 Ramadan, Masjid Ba'Alawi padal 27 dan Masjid Al-Muhdhar pada 29 Ramadhan. Acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh penduduk Tarim, tapi banyak juga yang dari luar kota.
 
Selain itu, setiap malam 17 Ramadan kebanyakan habaib dan masyayikh di Tarim pada khususnya dan Yaman pada umumnya biasa membaca Qashidah Badariyah, yaitu sebuah Qashidah yang berisi tentang kejadian dan pujian terhadap Ahli Badar.
 
Qashidah ini dibaca setelah salat Tarawih dan hanya berdurasi sekitar setengah jam. Pada malam 17 Ramadan lalu, mereka membaca mulai dari pukul 00.30 - 01.00 dini hari setelah pulang dari Masjid Ba'Alawy. (NU Online).
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TRK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif