Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Guru Besar Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta M. Nur Kholis Setiawan saat memberikan kuliah di Kemenag RI Jakarta/Medcom.id/istimewa
Guru Besar Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta M. Nur Kholis Setiawan saat memberikan kuliah di Kemenag RI Jakarta/Medcom.id/istimewa

Walisongo Penemu Kata Puasa?

Sobih AW Adnan • 11 Mei 2019 14:29
Jakarta: Siapa sangka, kata "puasa" yang menjadi terjemahan lafaz "al shiyam" memiliki makna yang cukup luas. Bahkan, konon dicetuskan pertama kali oleh penyebar agama Islam di Nusantara yang masyhur disebut dewan Walisongo.
 
Pendapat itu, salah satunya diungkap Guru Besar Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogjakarta M. Nur Kholis Setiawan. Menurut dia, lafaz “al shiyam” yang diambil dari Q.S Al-Baqarah 183: “Ya ayyuhal ladzina amanu kutiba 'alaikumus shiyam …” itu diterjemahkan secara apik oleh para wali dengan bahasa Jawa “puoso”, yang berarti mupus roso alias memutus rasa.
 
"Jadi, puasa Ramadan dalam implementasinya bisa disebut sebagai strategi kebudayaan dalam kultur Nusantara dari hasil kreasi para wali," kata M. Nur Kholis, saat memberikan kuliah Gedung Kementerian Agama RI, Jakarta, Rabu, 8 Mei 2019.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Mengasah kacamata batin
 
Nur Kholis juga menjelaskan, hakikat puasa, jika menukil sepenggal kalimat Abu Hasan Assadzili, pendiri tasawuf Syaziliyah dalam kitabnya Almafakhirul ‘Aliyah fil Matsiril Syadziliyah maka akan bertumpu pada pentingnya bagi manusia agar mampu membatasi hawa nafsu.
 
"Idza aradta an tandzura ila allahi bi-bashiratil imani wal-iqani daiman fakun lini'amillah syaakiran wa-biqodhoihi radliyan. Jika kamu ingin diberikan anugerah melihat Allah swt. dengan basyirah keimanan dan keyakinan, maka teruslah senantiasa bersyukur atas segala anugerah nikmat dari-Nya dan selalu rela dan rida atas segala ketentuan-Nya," jelas dia.
 
Kata basyiroh dimaknai sebagai mata batin. Jatuhnya, menurut Nur Kholis, kian diasah akan semakin bagus. Berbeda dengan kata "ainun" yang diartikan mata dalam pengertian biologis, makin tua usia seseorang, maka penglihatannya tidak semakin bagus. Yang ada, malah semakin memiliki pandangan yang samar mudah tertipu.
 
“Kalau kita bisa mengatur hawa nafsu dengan bersyukur atas nikmat Allah dan rela akan ketentuan-Nya, maka hal itu bisa menjadi indikator bahwa puasa yang kita lakukan menjadi berkualitas", ujar sosok yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Kemenag RI tersebut.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif