Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Michelle (kanan) dan Tamara (kedua dari kanan) saat berbuka puasa di sekolahnya. Foto-foto: MTVN/Wandi
Michelle (kanan) dan Tamara (kedua dari kanan) saat berbuka puasa di sekolahnya. Foto-foto: MTVN/Wandi

Begini Cara Gadis Blasteran Mengisi Waktu Ramadan

Wandi Yusuf • 05 Juli 2015 15:54
medcom.id, Jakarta: Di genggamannya, iPhone keluaran terbaru tak pernah lepas. Sesekali perempuan berambut hitam kemerahan itu melihat jam tangan. Azan Magrib tinggal sejam lagi. Tak mau melamun lama, perempuan blasteran Indonesia-Australia bernama Michelle Fennell, 16 tahun, itu langsung kembali bercanda dengan teman-temannya.
 
Begitu azan Magrib berkumandang, mereka lalu mengambil mangkuk dan menyendokkan sop buah untuk berbuka puasa. Ada yang memilih membatalkan puasa dengan minum kolak. Tapi, banyak juga yang hanya meneguk air putih di gelas kemasan plastik. Mereka tertib menunggu giliran sambil bercanda.
 
Michelle baru saja naik ke kelas XII di sekolah internasional Global Sevilla School. Selama Ramadan, sekolah tersebut meliburkan siswanya. Tak mau liburan Ramadan diisi dengan kegiatan yang monoton, sekolah kemudian menyelenggarakan pesantren kilat.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Jangan membayangkan di pesantren kilat ini para siswa menggunakan hijab dengan aturan yang ketat. Mayoritas perempuan masih mengenakan kaos ketat dipadu legging. Celana pendek juga tak diharamkan untuk dipakai.
 
Begini Cara Gadis Blasteran Mengisi Waktu Ramadan
(Tetap berpakaian kasual saat pesantren)
 
Di pesantren kilat ini tak ditekankan mengenai fikih yang terlalu ketat, melainkan bagaimana melaksanakan ritual Islam yang sederhana. Sebatas menunaikan rukun Islam mulai dari syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
 
Di antara kelimanya, empat ustad yang dihadirkan juga mengajarkan bagaimana hidup bertoleransi dengan teman yang berbeda agama. "Ya, ternyata Islam itu toleransinya tinggi," kata Michelle.
 
Ibu Michelle asli Indonesia. Ayahnya seorang mualaf asal Australia. Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka. Alhasil, pendidikan agamanya agak terbengkalai. "Aku banyak diajari agama sama Oma," ujarnya.
 
Michelle termasuk perempuan yang terbuka. Ia tak segan belajar agama lain untuk bisa membandingkan dengan agama pilihannya. "Tapi, aku percayanya sama Islam. Kalau Alkitab, sekadar baca untuk pengetahuan," ujar perempuan yang delapan tahun tinggal di Brisbane, Australia ini.
 
Bagaimana dengan salat lima waktu? Michelle mengakui tak selalu melaksanakannya secara penuh. "Tapi, selalu aku usahakan," ujarnya.
 
Begini Cara Gadis Blasteran Mengisi Waktu Ramadan
(Tak bermasalah walaupun datang bercelana pendek)
 
Dalam mengusir rasa lapar dan kantuk pun, perempuan yang ingin melanjutkan ke Universitas Gadjah Mada ini, memilih memainkan gadgetnya. Hampir setiap sore dia menjadwalkan untuk berbuka bersama dengan teman-temannya. "Nunggu buka puasa biasanya nonton atau main HP. Sering juga jalan sama temen-temen ke mal sambil nunggu buka," ujarnya.
 
Saat sahur Michelle berusaha untuk makan nasi, sayur, buah, serta banyak minum air putih. Untuk penganan berbuka dia memilih menu makanan Eropa. "Kalau buka gak selalu nasi. Bergantung di resto mana kita akan buka," ujarnya.
 
Tak berbeda jauh dengan Michelle, Tamara Malinda Hutabarat, 17, juga menjalani ibadah puasa dengan penuh semangat. Sudah tahun ketiga ia mengikuti pesantren kilat di Global Sevilla School. Menurutnya, pesantren itu amat berguna untuk pengetahuannya tentang agama Islam.
 
"Jujur, aku sendiri kurang beragama. Adanya pesantren ini, walaupun hanya dua hari, bisa menambah pengetahuan agamaku. Apalagi keluargaku ga terlalu religius," kata Tamara.
 
Tamara salah satu siswa yang pintar di sana. Ia adalah siswa akselerasi yang saat ini dinanti lima perguruan tinggi di Inggris. "Aku diterima di lima perguruan tinggi sekaligus, tapi mungkin aku pilih di Liverpool," katanya.
 
Begini Cara Gadis Blasteran Mengisi Waktu Ramadan
(Sejumlah siswa lelaki berbuka puasa)
 
Direktur Global Sevilla School Robertus Budi Setiono memang tak menekankan pembelajaran agama yang berat bagi para siswanya. "Kuncinya kami mengajarkan Islamic studies seperti salat, tarawih, manfaat puasa, hingga saling menghormati antaragama selama Ramadan," katanya.
 
Pesantren kilat di sekolah internasional itu sudah tiga kali dilakukan. Kali ini sebanyak 55 siswa ikut serta.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(UWA)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif