Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Warga mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah di Gayamsari, Semarang, Jateng, Minggu 5 Juli 2015. Antara Foto/Aditya Pradana Putra
Warga mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah di Gayamsari, Semarang, Jateng, Minggu 5 Juli 2015. Antara Foto/Aditya Pradana Putra

Apa Itu Islam Nusantara?

Tri Kurniawan • 06 Juli 2015 10:39
medcom.id, Sydney: Umat Islam diminta tidak terjebak pada perbedaan praktik keagamaan di wilayah nusantara. Berbagai perbedaan ekspresi ke-Islaman tetap harus dihormati.
 
Pesan tersebut disampaikan Dr. Ahmad Rafiq dalam siaran menjelang berbuka puasa di stasiun radio multikultural 5EBI 103.1 FM Australia Selatan, beberapa waktu lalu.
 
Lulusan Program Doktoral Department of Religion di Temple University Amerika (2014) itu mendorong gagasan Islam Nusantara yang tengah dikembangkan para cendekiawan dan tokoh-tokoh Islam Indonesia bisa diterima dengan baik oleh umat Islam.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Gagasan Islam Nusantara lebih merupakan cara berpikir yang hadir di tengah realitas ekspresi keberagamaan yang berbeda-beda, karena mengikuti lokalitas masing-masing, dengan tetap mengacu pada nilai-nilai universal agama,” katanya.
 
Karena itu, menurut dia, mestinya tidak ada alasan menolak bahkan menyesatkan sebagaimana dilakukan beberapa kalangan terhadap praktek-praktek agama Islam bermuatan lokal.
 
Mirisnya lagi, dengan alasan pemurnian dan menjaga dari penyimpangan akidah, kasus-kasus “penyesatan” terhadap keberagamaan lokal berujung tragis.
 
Contohnya, serangan terhadap pesantren yang dituduh sesat di Aceh, seperti yang menimpa Tengku Ayub dan Tengku Barmawi, sampai merenggut nyawa dan pengusiran. Dia mengatakan, Islam Wetu Telo Sasak makin terdesak. Praktik-praktik tarekat mulai banyak yang disikat.
 
Pria yang mengampu beberapa majelis taklim di Sleman, Jawa Tengah, ini menilai bacaan Alquran langgam Jawa, yang beberapa waktu lalu mengundang kontroversi ketika ditampilkan di Istana Negara, merupakan fakta yang tidak terhindarkan ketika Islam hadir dalam lokalitas.
 
“Membaca Alquran dengan langgam Jawa, seperti halnya langgam Persia, Mesir dan lainnya, bisa diterima selama tidak melanggar tajwid, makhraj dan mad yang menentukan bunyi bacaan dan makna," ujarnya.
 
Sebaliknya, sekalipun menggunakan langgam Arab ataupun Mesir tetapi melanggar tajwid, makhraj dan mad, itu jelas menyalahi standar bacaan Alquran yang benar.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TRK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif