Ketua Umum Badan Zakat Amil Nasional (BAZNAS) Didin Hafidhuddin menyampaikan hal tersebut dalam tausiyahnya di Kompleks Yatim Boarding School Ahbaabullah Center di Bogor, Jawa Barat.
"Bisa saja orang berbohong di kala berpuasa, seperti dia berpuasa di rumah, namun saat di luar rumah dia makan dan kembali berpuasa saat pulang. Namun, ketika Ramadan seseorang akan lebih terasah rasa ikhlasnya, kesadarannya bahwa puasa mereka lakukan hanya untuk Allah SWT semata. Dalam sebuah hadist Qudsi dituliskan, setiap amal perbuatan untuk manusia kecuali berpuasa hanya untukKu". Pada hakekatnya puasa menjadi hubungan antar individu dan Allah SWT.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sesunguhnya, lanjut Didin, setiap manusia rusak kecuali mereka yang punya ilmu. Adapun orang yang memiliki ilmu juga akan rusak bila mereka tidak mengamalkan ilmunya.
Selanjutnya, orang yang mengamalkan ilmunya pun akan rusak kecuali dia ikhlas dalam melakukannya. Bahkan orang yang ikhlas pun terkadang juga akan terganggu karena rasa ingin dibalasbudikan.
"Pada ikhlas terdapat dua jenis, mukhlis dan mukhlas. Mukhlis merupakan orang yang sadar bahwa dia berbuat baik dan ikhlas. Ikhlas pada mukhlis ini kadang kala masih bisa bocor. Sementara mukhlas adalah orang yang berbuat segalanya hanya karena dan kepada Allah SWT. Illa ibadallah mukhlisin dan Illa ibadallah mukhlasin."
Menurut Didin, kedua jenis ikhlas tersebut bagus. Namun mukhlas adalah yang terbaik dan ini perlu dilatih. Sebab mukhlis masih merupakan proses untuk menjadi seorang mukhlas.
"Apa yang bisa kita latih dengan ibadah berpuasa? Pertama kemukhlasan. Kalau sudah ikhlas, yang mukhlas hidup seseorang tidak akan terasa susah. Dalam menjalankan hidupnya, dia akan berbuat dan berusaha dengan sungguh-sungguh dan tawakal menyerahkan hasilnya apapun kepada Allah SWT."
Kedua, ujar Didin, puasa melatih individu untuk hidup dalam suasana ke-Islaman. Pada bulan Ramadan, tampak tidak ada pemisahan dalam Islam. Di luar bulan Ramadan, diartikan sebagai ibadah hanya ketika seseorang salat ke masjid. Padahal dalam Islam semua kegiatan di luar salat seperti bekerja, beraktivitas, dan berbuat baikpun menjadi ibadah.
"Islam memiliki salat wajib lima waktu. Maksimal setiap kali salat hanya memakan waktu selama 15 menit, dikali lima waktu salat hanya 75 menit. Sementara Allah memberi manusia waktu satu hari ada 24 jam. 22 jam sisanya itu juga merupakan bagian dari ibadah di luar salat. Ketika peradaban Islam maju, semua orang sibuk bekerja ketika dengar azan, mereka berhenti mengerjalan salat. Islam mengajarkan manusia untuk disiplin."
Tertulis dalam surat Al-An'am ayat 162, "Inna salati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil aalamin ( sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam)."
Kegiatan (baik) di luar salat juga merupakan bagian dalam ibadah. Oleh karenanya bila individu melakukannya dengan sungguh-sungguh juga mengundang keberkahan oleh Allah SWT, terlebih bila mereka berhenti sejenak dari aktivitasnya saat Allah memanggil untuk salat.
Ketiga, berpuasa memberi keberkahan, di mana antar individu berlomba-lomba saling berbagi keberkahan. "Semangat berbagi menjadi sangat luar biasa tinggal kita mengaturnya, untuk amal, sedekah, infaq dan juga zakat."
Terakhir, puasa meningkatkan semangat berjamaah. Berpuasa di bulan Ramadan, individu menjadi semangat untuk berbuka sahur, beribadah tarawih bersama-sama. Semangat berjamaah ibadah ini juga terlihat dalam konsep ekonomi berjamaah dan muamalat yang akhir-akhir ini banyak digaungkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (TRK)