Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Masjid Istiqlal di Jakarta sepi di saat Ramadan karena covid-19. Foto: AFP
Masjid Istiqlal di Jakarta sepi di saat Ramadan karena covid-19. Foto: AFP

Pentingnya Literasi Keagamaan dalam Menghadapi Pandemi

Oase.id • 04 Mei 2020 22:15

Jakarta:Selain sebagai ujian sabar bagi umat manusia, kehadiran pandemi korona (Covid-19) diyakini menyimpan berbagai hikmah. Di antaranya, menuntut umat Islam agar turut memberikan solusi demi terputusnya mata rantai persebaran virus mematikan itu.

Pakar Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI) Ustaz Abdul Mutaali menjelaskan, salah satu bentuk sumbangsih terbaik dari para tokoh Muslim adalah dengan mencari dan menemukan kembali wacana serta dalil-dalil sejarah maupun fikih tentang pengalaman Islam dalam proses penanggulangan wabah.
 
Baca: Lima Cara Rasulullah Menghadapi Wabah dan Penderita Penyakit Menular

"Jika para peneliti dan ahli di bidangnya sedang mati-matian mencari vaksin dan obat, maka tokoh Islam hendaknya mencari dalil dan argumentasi teks berbasis agama agar masyarakat yakin bahwa beragama tidak cukup emosional, beragama tidak bisa dibawa ke ranah perasaan," terang Abdul Mutaali dalam Dialog Ramadan 1441 H bertema"Urgensi Fiqh Covid-19"yang diselenggarakan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nursiah Daud Paloh (NDP) - Media Group secara daring, Senin, 4 Mei 2020.
 
Hal ini, menurut Abdul Mutaali, menjadi kian penting lantaran masih banyaknya masyarakat yang sedikit kebingungan atau bahkan memperdebatkan anjuran beribadah di rumah selama pandemi berlangsung.

"Konfirmasi kondisi kekinian dengan dalil-dalil Al-Qur'an, hadis, dan bertanya kepada para ulama," terang sosok yang juga penulis buku"Fiqh Covid-19"tersebut.

Meneladani misi Islam

Mempertentangkan protokol kesehatan dengan rutinitas beribadah yang biasa dilakukan di hari-hari sebelum pandemi, menurut Abdul Mutaali, bisa jadi karena kurangnya pengetahuan tentang konsep Islamrahmatan lil alamin.

"Islam rahmatan lil alamin itu bukan hanya berarti rahmat untuk alam semesta. Akan tetapi, di dalam ruang seperti apapun, kehadiran Islam akan memberi solusi," kata dia.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Lebih lanjut, dalam Islam dikenal dengan konsep yang menunjukkan tujuan-tujuan diturunkannya syariat. Paket prinsip yang biasa disebutmaqashid asy-syariahitu terdiri darihifdh al-nafs(menjaga jiwa),hifdh al-diin(menjaga agama),hifdh al-'aql(menjaga akal),hifdh al-nasl(menjaga keturunan), danhifdh al-mal(menjaga harta).

Baca: Pahala Orang yang Berdiam Diri di Rumah saat Terjadi Wabah

"Dan yang menarik adalah,hifdh al-nafsatau menjaga jiwa selalu disebutkan pertama, sementara menjaga agama baru dianjurkan di level berikutnya. Karena, Islam memang selalu berbicara kemanusiaan dan keselamatan jiwa," kata dia.

Menilik sejarah diturunkannya Islam, agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw ini pun pertama kali hadir sebagai respons atas maraknya pertikaian dan perpecahan antarsuku di tanah Arab.

"Peperangan-peperangan itu kerap kali berimbas pada hilangnya nyawa seseorang. Jadi, menjaga nyawa manusia memang menjadi tujuan utama," kata dia.

"Begitu pun, aneka fatwa yang disampaikan para tokoh agama, ormas, dan pemerintah agar tidak beribadah di masjid dan memusatkan seluruh kegiatannya di rumah selama menghadapi pandemi ini juga bertujuan demi keselamatan jiwa bersama," tambah Abdul Mutaali.
 

Mesti dibarengi literasi

Direktur PemberitaanMedcom.idAbdul Kohar, yang juga berkesempatan hadir sebagai narasumber mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia memang sedang mengalami peningkatan semangat beragama yang cukup pesat.

"Akan tetapi, peningkatan semangat religiusitas itu mesti diperkuat dengan literasi," kata dia.

Termasuk, dalam menghadapi pandemi Covid-19. Menurut Abdul Kohar, literasi mengenai sikap agama dalam kondisi ini perlu benar-benar dipastikan sampai hingga ke tingkatan paling lokal hingga bersentuhan secara langsung dengan masyarakat.

"Sudah berkali para ulama menjelaskan ada kaidah fikihdar'ul mafasid muqaddam ala jalbil masalih, menolak bahaya lebih utama ketimbang mengambil maslahat atau manfaat.Atau kaidahadh-dhararu yuzalu, bahaya harus dihilangkan. Akan tetapi, ada saja sebagian kelompok yang tetap memaksakan diri beribadah di masjid saat pandemi, ini tentu, karena kurangnya literasi," kata dia.

Baca: Jawaban Umar bin Khattab atas Perdebatan Wabah dan Takdir


Dia berpendapat, tokoh lokal seperti imam-imam masjid di kampung atau di desa-desa justru berperan sebagai sosok kunci dalam menyampaikan literasi di masyarakat. Mereka, cukup lihai dalam mencerna bahasa ke dalam bentuk narasi lebih akrab dan cenderung diadopsi oleh masyarakat yang dihadapinya.

"Perumapamaan-perumpamaan sederhana menjadi penting sebagai bagian dari literasi. Karena memang, gairah beragama yang tinggi saat ini harus benar-benar dibarengi dengan literasi agar tidak terkesan terjadinya pertentangan antara Islam dan ilmu pengetahuan," kata dia.


 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif