Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Ilustrasi/Pixabay
Ilustrasi/Pixabay

Tafsir Al Mishbah: Mencari Titik Temu dalam Perbedaan

Sobih AW Adnan • 29 Juni 2016 06:00
medcom.id, Jakarta: Islam agama rahmat. Ia diturunkan Allah SWT bukan untuk satu-dua golongan semata, melainkan kepada seluruh umat manusia hingga hari kiamat. Sementara sebelum Islam hadir, Allah memberikan peringatan dan petunjuknya melalui agama-agama terdahulu. Dalam istilah Alquran, pemeluk agama tauhid sebelum kerasulan Muhammad SAW disebut dengan Ahli Kitab.
 
"Istilah Ahli Kitab dalam Alquran berbeda dengan istilah musyrik. Musyrik dipahami sebagai penyembah berhala, sementara Ahli Kitab dimaknai sebagai Yahudi dan Nasrani. Keduanya memiliki kitab suci dan kitapun memercayai keberadaan kitab suci mereka sebagaimana yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa dan Isa Alahi As-Salam," terang KH Quraish Shihab dalam tayangan Tafsir Mishbah di Metro TV, Selasa (28/6/2016).
 
Meskipun memiliki keyakinan yang sama terhadap keberadaan Tuhan, namun ketiganya memiliki ragam pandangan yang berbeda. Maka dalam menjalin hubungan antarmanusia Allah SWT berpesan dalam QS. Al-Ankabut Ayat 46:

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepadaNya berserah diri".
 
"(Berdiskusi dengan Ahli Kitab) bukan sekadar dengan kata-kata atau sikap yang baik, tapi yang terbaik. Diperbolehkan tidak yang terbaik, tetapi tetap yang baik. Meskipun kepada yang berlaku aniaya (zalim) tetapi jangan berdiskusi terkecuali dengan cara yang baik," jelas Quraish Shihab.
 
Dilihat dari keragaman pandangan sekaligus latar belakang sejarahnya, baik Islam, Yahudi, dan Nasrani tercatat memiliki hubungan yang dekat. Kedekatan ini menjadi modal dasar untuk mencari titik temu atas perbedaan demi terbangunnya hubungan antarmasyarakat yang damai.
 
"Dalam konteks Indonesia, kita sama-sama mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa, walaupun penafsirannya berbeda, itu titik temu. Kemudian kita semua berserah diri kepada Tuhan. Umat Kristen juga berserah diri kepada Tuhan, tetapi Tuhan dengan penafsirannya. Kita juga begitu, kita punya persamaan yang dapat dijadikan landasan untuk berdiskusi untuk kemaslahatan bersama," terang dia.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif