Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

  Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menyampaikan sambutannya saat buka puasa bersama di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (28/5). Foto: MI/Susanto
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menyampaikan sambutannya saat buka puasa bersama di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (28/5). Foto: MI/Susanto

PP Muhammadiyah: Islam Anti Kekerasan dan Anarkisme

Arga sumantri • 29 Mei 2019 02:38
Jakarta: Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan Islam adalah agama yang anti kekerasan dan anarkisme. Kesimpulan ini merupakan hasil pengkajian Ramadan Muhammadiyah tahun ini dengan tema risalah pencerahan.
 
"Islam agama yang menyebarkan damai, perdamaian. Agama yang menyebarkan nilai-nilai toleransi. Juga Islam anti kekerasan, anti anarkisme, dan sebagainya," kata Haedar dalam acara buka bersama di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 28 Mei 2019.
 
Haedar mengajak warga Muhammadiyah dan umat islam pada umumnya untuk mengimplementasikan nilai-bilai Islam pencerahan. Baik itu dalam persyarikatan, kehidupan keumatan, dan kebangsaan. "Ini tugas paling berat," tegasnya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sebagai agama pencerahan, kata dia, Islam adalah agama yang pusatnya pada tauhid yang mencerahkan kehidupaan. Baik dalam hubungannya terhadap Allah (habluminnallah), dan melahirkan ihsan pada kemanusiaan.
 
Haedar menambahkan, Islam juga menyebarkan tradisi iqra (membaca). Hal ini semata agar warga Muhammadiyah maupun umat islam dan bangsa Indonesia, punya nalar membaca, tradisi ilmu, cerdas, dan menjadi ulil albab.
 
"Nilai ini, Muhammadiyah sudah merintis sejak berdiri sampai sekarang. Tapi masih jauh perjalanan itu," ujarnya.
 
Haedar menegaskan, agama Islam mengajarkan bagaimana menjaga lisan. Bahkan, di era maraknya media sosial, Islam juga mengajarkan bagaimana menjaga tulisan.
 
"Itu harus kita praktikan, orang islam itu kalau berkata nerujar harus dipikir dengan seksama. Mana yang benar, mana yang salah," ujarnya.
 
Kendati perkataan yang diungkapkan itu benar, umat Islam juga harus mampu menimbang penyampaiannya. Pernyataan yang benar harus disampaikan secara baik, dan memuat azas kepantasan.
 
"Bahkan dalam kehidupan kolektif, kebenaran itu tidak cukup kebenaran dalam menurut kita sendiri, perlu didialogkan, perlu dimusyawarahkan. Sehingga yang keluar itu adalah kesepakatan," pungkasnya.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(BOW)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif