Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Ilustrasi/Pixabay
Ilustrasi/Pixabay

Ketulusan Maaf Bilal dan Abu Dzar

Sobih AW Adnan • 07 Juli 2016 18:37
medcom.id, Jakarta: Dalam sebuah majelis sebelum Rasulullah Muhammad SAW hadir, beberapa sahabat tengah membincangkan sesuatu yang dianggap pelik. Hingga pada satu titik pembicaraan tertentu, berselisihlah dua sahabat Nabi, yakni Bilal ibn Rabah dan Abu Dzar Al-Ghiffari.
 
"Aku mengusulkan agar demikian dan demikian," usul Abu Dzar kepada para sahabat.
 
Mendengar gagasan Abu Dzar yang dinilai kurang tepat, Bilal pun menyela, "Tidak, wahai Abu Dzar. Hal itu kurang tepat menurutku."

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Abu Dzar terbelalak, dengan terperucut ia berkata, "Beraninya kamu menyalahkanku, wahai pria berkulit hitam!."
 
Rasa kaget dan kecewa sontak berkecamuk di dada Bilal. Ia berdiri dan berkata, "Demi Allah, aku akan mengadukan ini kepada Rasulullah."
 
Setelah meninggalkan majelis, kini Bilal menghadap Nabi. Ia berkata, "Wahai Rasulullah. Maukah engkau mendengar apa yang telah dikatakan oleh Abu Dzar kepadaku?"
 
Rasulullah SAW menjawab, "Apakah yang telah dikatakannya?"
 
"Dia telah berkata begini dan begitu," kata Bilal, mengadu.
 
Seketika itu wajah Nabi menunjukkan kekecewaan.
 
Di sisi lain, Abu Dzar mulai dijalari rasa kegelisahan yang amat sangat. Ia khawatir Rasulullah murka. Tak membuang waktu lebih lama, ia segera bergegas menuju kediaman Nabi.
 
"Wahai Abu Dzar, apakah kau memaki dia dengan menghina ibunya (kebangsaannya)? Rupanya masih ada dalam dirimu karakteristik Jahiliyah," ucap Rasul setibanya Abu Dzar yang datang mengucapkan salam.
 
Terasa tersambar petir, Abu Dzar lunglai di hadapan Nabi. Ia menangis sejadi-jadinya. Kepada Rasul lantas ia memohon, "Wahai Rasulullah, mohonkan ampunan Allah SWT untukku. Beristighfarlah untukku."
 
Setelah itu, Abu Dzar lekas menuju masjid mengejar Bilal yang lebih dulu pulang.
 
Sepanjang perjalanan yang penuh rasa gelisah dan penyesalan, air mata Abu Dzar terus menerus berlinang. Setelah dijumpainya sahabat Bilal, ia langsung berkata seraya menghempaskan pipinya ke permukaan tanah, "Demi Allah, wahai Bilal. Aku tidak akan mengangkat pipiku, kecuali engkau menginjaknya dengan kakimu. Engkaulah orang yang mulia dan akulah yang hina."
 
Meenyaksikan permohonan Abu Dzar, Bilal tak tinggal diam. Ia merundukkan tubuh lantas menempelkan pipinya ke pipi Abu Dzar; tanda memaafkan.
 
Sumber: Disarikan dari hadits nomor 30 Sahih Bukhari dan kisah dari Istamti bi Hayatika karangan Muhammad ibn Abd Al-Rahman Al-Urayfi
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif