Bukan Jabir yang sebenarnya berutang, bukan pula dalam jumlah sedikit barang yang kini menjadi beban tanggungan. Ayahnya, Abdullah bin Amr yang gugur di medan Uhud berutang sebanyak 30 wasq atau setara 3.916,8 kilo gram kurma kepada seorang saudagar Yahudi.
"Sesungguhnya ayahku syahid di perang Uhud, dan ia meninggalkan utang yang sangat banyak. Sementara aku memiliki hasil dari kebun kurma yang ia tinggalkan, namun hasil panennya selama bertahun-tahun tak jua cukup membayar utang-utang ayahku," keluh Jabir kepada Rasulullah.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Benak Jabir bergetar, ia merasakan betapa lelahnya mengupayakan agar jatuh tempo ini bisa diperpanjang. Nahasnya, Yahudi menolak. Dengan berkeluh kesah kepada Rasul, ia berharap Nabi berkenan bersamanya dan meminta orang tersebut menganggap lunas utang-utangnya.
Rasulullah pun menjawab, "Pergilah dan kumpulkan kurma-kurmamu sesuai dengan jenisnya. Ajwah sendiri, Idzq sendiri, Laun sendiri, dan undangah mereka para penagih utang itu. Setelah itu, utuslah seseorang untuk memberitahuku."
Dengan penuh pengharapan, Jabir menuruti apa yang disarankan Nabi. Meski sudah pasti jumlah hasil yang akan dicapai dalam panen kali ini pun tidak akan bisa melunasi utang-utang ayahnya, namun paling tidak, pikir Jabir, kini Rasulullah berada di sisinya dan bersedia menemani dalam menyelesaikan persoalan. Di benak Jabir juga muncul pengharapan bahwa Nabi pada akhirya berkenan menggenapi sisa pembayaran utang itu, atau paling tidak, Rasulullah akan merayu si Yahudi guna menambah lagi jatuh tempo, syukur-syukur menganggap beban berat itu tuntas dan lunas.
Setibanya di kebun, sahabat yang telah tercatat turut dalam 19 kali pertempuran membela kaum muslim itu mulai melaksanakan amanat Nabi, dipanennya kurma itu dari pohon per pohon. Tak berselang lama, si penagih utang itu datang, tak lupa Nabi diundang untuk datang. Mereka pun menyaksikan Jabir memetik kurma hingga bertandan-tandan.
Baik si Yahudi maupun Jabir sebenarnya sama-sama terheran, mengapa dari setitik kebun ini bisa menghasilkan kurma berlimpah?. Setelah usai, Jabir menyerahkan pembayaran utang 30 wasq kurma itu kepada sang pemilik hak. Semakin terkejut, ternyata masih bersisa sebanyak 13 wasq, yakni enam wasq kurma Ajwah, serta tujuh wasq kurma Laun.
"Ya Rasulullah, utang-utangku sudah lunas. Dan saya terheran dengan jumlah yang masih tersisa ini," ucap Jabir kepada Rasul.
"Beritahulah Umar," jawab Nabi menanggapi.
Setelah Jabir pergi dan menceritakan hal itu kepada Umar. Sahabat berjuluk Al-Faruq itu berkata: "Ketika Rasulullah pergi ke kebunmu, saya sudah tahu bahwa kurmamu akan mendapat berkah."
Jabir menangis pecah. Magrib yang menggembirakan, begitu melegakan.
Sumber: Sahih Bukhari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)