Menurut Takmir Masjid Agung Solo Muhammad Muhtaram, pada masanya jam matahari yang dibuat pada 1749 ini merupakan benda penting dan satu-satunya yang difungsikan sebagai penunjuk waktu salat.
"Pada masa itu belum ada jam digital yang dapat menunjukkan waktu, maka untuk melihat waktu salat, orang-orang jaman dahulu menggunakan jam ini,” kata Muhtaram kepada Metrotvnews.comdi Masjid Agung Solo, Jawa Tengah, Jumat (17/6/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sampai kini, jam matahari masih berfungsi dengan baik. Di dalam jam unik ini terdapat dua buah benda yang nantinya digunakan sebagai penunjuk waktu, yakni berupa lempengan busur yang permukaan dalamnya terdapat angka-angka yang di bagian atasnya terdapat sebuah jarum. Cara kerjanya, Sinar matahari yang mengenai jarum tersebut akan menciptakan bayangan yang jatuh tepat di salah satu angka. Ketika matahari tepat di atas kepala misalnya, bayangan jarum tersebut akan jatuh di angka 12.
Benda lain yang terdapat dalam benda peninggalan kuno ini adalah tiang kecil berwarna perak. Sama seperti halnya jarum pada keumuman jam, tiang ini menciptakan bayangan ketika terkena sinar matahari guna menunjukkan waktu.
"Ketika matahari berada di atas kepala maka bayangan tiang ini tegak lurus,” ujar Sekertaris Masjid Agung Solo Abu Bashir.
Karena mengandalkan sinar matahari, jam ini tidak dapat berfungsi maksimal ketika cuaca mendung. Salah seorang pengunjung Masjid Agung Solo Erista Dian mengaku takjub dengan keberadaan jam matahari tua ini. Ia merasa berbangga masih bisa melihat dari dekat benda bersejarah tersebut.
"Menemukan bayangan yang jatuh dan membentuk lempengan busur bertuliskan angka-angka hingga menujukkan waktu. Ini sebuah tanda kecerdasan orang-orang pada masa itu,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (SBH)