M Tata Taufik
M Tata Taufik (M Tata Taufik)

M Tata Taufik

Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash, Kuningan, Jawa Barat

Kenapa Tidak Umrah Plus Studi

M Tata Taufik • 08 Januari 2023 23:05
Pada 21 hingga 29 Desember 2022 lalu penulis melakukan perjalanan Umrah dengan beberapa pengasuh pesantren, pemerhati, dan utusan beberapa lembaga terkait. Sesampainya di Imigrasi Bandara Madinah tampak banyak perubahan di Saudi. Salah satunya terdapat petugas perempuan tak bercadar, sesuatu hal di luar karakter khas perempuan Saudi. Mereka tampak memberikan pelayanan keimigrasian.
 
Perjalanan dilanjutkan dengan Kereta Cepat Haramain (Haramain High Speed Railway). Di sana, penulis juga melihat banyak perempuan yang bekerja. Baik di ruang tunggu, pintu masuk peron, serta lokasi strategis lainnya, termasuk di atas kereta dengan kondisi yang sama.
 
Saya berkomentar, kini Saudi sudah membuka diri dengan budaya luar. Ada rasa keberatan dalam hati ini melihat berbagai perubahan ini.
 
Perubahan pun itu terasa ketika melihat Visa Umrah. Kini Visa Umrah berdurasi 90 hari alias 3 bulan. Suatu perubahan yang sangat berarti, yang sebelumnya hanya berlaku 30 hari. Terkait dengan durasi Visa Umrah 90 hari, pada saat audiensi dengan Dr Hasan Bukhari, Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa Arab untuk Penutur Asing Universitas Umul Qura Makkah, lembaganya terbuka untuk menyelenggarakan pelatihan (daurah) bahasa Arab bagi warga non-Arab.
 
Peserta Umrah bisa mengajukan kelas kursus bahasa Arab, baik bagi pelajar maupun pengajar dengan durasi satu minggu hingga dua bulan atau lebih. Jadi, semasa mereka tinggal di Arab Saudi dengan visa Umrah, mereka bisa juga meningkatkan kemampuan bahasa Arab atau kemampuan mengajar bahasa Arabnya.
 
Hal tersebut disampaikan ketika Ketua Yayasan Assalam Fil Alamin Syafruddin Kambo beserta rombongan yang terdiri atas para pengasuh pesantren, pengurus Asosiasi Pesantren, ketua LP2M Muhammadiyah, serta Sekjen MUI berkunjung ke kantornya, Minggu, 25 Desember 2022, lalu.
 
Agak mundur sedikit, pada 2015 penulis berkesempatan mengikuti Daurah I’dad Mualimi al-Lughah al-Arabiyah Li al-Natiqina bi Ghairiha atau Pelatihan Guru Bahasa Arab Bagi Penutur Asing. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Lembaga Pengajaran Bahasa Arab Bagi Penutur Asing Universitas Ummul Qura dengan durasi 40 hari.
 
Pelatihan tersebut diprogram untuk dua negara, yakni Indonesia dan Senegal. Semuanya tanpa dipungut biaya.
 
Pemateri terdiri atas para profesional. Seperti, penulis buku pembelajaran Bahasa Arab yang populer “al-Arabiyah Baina Yadaika”, yakni Dr Abdurrahman Ibn Ibrahim Al-Fauzan dan Dr Mukhtar al-Thahir Husain.
 
Keuntungan dari pelatihan di Ummul Qura, selain pembaruan keilmuan pengajaran bahasa Arab, juga bisa sambil melaksanakan Umrah. Baik secara mandiri setibanya di Makkah sebelum acara daurah dimulai, maupun setiap akhir pekan (hari Kamis biasanya) dengan fasilitas jemputan dari kampus.
 
Selain itu, bisa juga mengisi malam mulai dari magrib sampai isya dengan beribadah di Mesjidil Haram. Kunjungan-kunjungan ke tempat bersejarah serta berbagai museum juga termasuk dalam program hingga berkunjung ke Madinah.
 
Perubahan durasi visa Umrah bisa menjadi celah untuk dibuat program Umrah plus Daurah bagi para guru bahasa Arab atau para siswa pembelajar bahasa Arab. Celah ini juga didukung Dekan Ma’had Ta’lim Lughah Arabiyah.
 
Sejauh ini baru Umrah Plus Cairo atau Turki yang ditawarkan. Maka, bisa jadi ke depan ditawarkan Umrah Plus Daurah.
 
Jika program Daurah yang resmi menjadi program Umul Qura dan bebas biaya--sambil Daurah bisa Umrah--maka yang kedua ini di balik, yakni sambil Umrah bisa Daurah. Dan tentunya berbiaya. Mulai dari biaya akomodasi selama program berlangsung hingga biaya penyelenggaraan pelatihan yang ditetapkan lembaga.
 
Besar kecilnya biaya bergantung pada durasi pelatihan yang diselenggarakan. Sebagai pertimbangan, pembiayaan bisa merujuk apa yang dilakukan Universitas Darunnajah Jakarta yang menyelenggarakan Daurah kerja sama dengan Universitas Islam Madinah. Mereka mematok biaya sekitar Rp40 juta untuk durasi 1 bulan. Artinya, hanya selisih sekitar Rp6 juta dari biaya Umrah reguler dengan durasi 9 hari.
 
Mengingat pembelajaran bahasa memerlukan pengalaman lingkungan, pengenalan budaya, serta komunikasi langsung dengan penutur asli, maka bagi lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab seperti jurusan bahasa Arab di perguruan tinggi dan para santri di pesantren, tampaknya program Umrah plus Daurah itu bisa jadi paket pembelajaran bagi yang berminat dan mampu secara finansial.
 
Atau bisa juga lembaga-lembaga seperti BAZNAS atau LAZIS (sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat muslim) mencanangkan beasiswa dukungan finansial untuk program ini. Hal ini bisa dilakukan dalam rangka peningkatan SDM bagi masyarakat muslim.
 
Jika LPDP bisa membiayai Kampus Merdeka dengan program Kampus Mengajar, saya kira tidak ada salahnya jika dikembangkan program short courses seperti ini bagi kampus-kampus yang menyelenggarakan pengajaran bahasa Arab.[]
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar umrah studi Saudi Arabia Ibadah Umrah

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif